By: Farah Yumna
11 June 2025

Pratama Wijaya Kusuma tewas setelah menjadi korban kekerasan senior saat mengikuti Mapala Mehepel, Unit Kegiatan Mahasiswa Ekonomi Pecinta Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung (Unila).

Ibunya, Wirna Wirni masih mengingat jelas permintaan putra sulungnya yang akrab dipanggil Odo itu, yang memaksa ingin ikut mendaki dan menjelajah hutan belantara.

“Saya menolak, karena kalau hanya mau naik gunung, setiap hari sudah dilakukan. Perjalanan ke kampus atau ke kota, selalu naik turun gunung,” kisah Wirna kepada Nyata.

“Dia ngambek dua hari, bilang, ’Ma, Odo sudah gede, nggak usah dikekang terus’. Dia kepengin banget, saya jadi nggak bisa tidur,” lanjutnya.

| Baca Juga : Demi Anak, Nyawa Melayang: Kisah Korban Longsor Tambang Batu Cirebon

Wirna akhirnya memberi izin. Dan itulah kali terakhir ia melihat Odo yang ceria. Karena setelah pendakian yang dilangsungkan pada 11 hingga 14 November 2024, semua berubah.

Odo setiap hari kesakitan dan ketakutan. Hingga akhirnya selang enam bulan kemudian, dia meninggal dunia di usia 19 tahun.

Selama putranya mengikuti pendakian, Wirna berulang kali mencoba menghubungi. Tapi tidak mendapatkan jawaban karena ternyata seluruh HP milik peserta harus dikumpulkan.

Hingga akhirnya di hari terakhir, Odo menelepon ibunya, sekitar pukul 22.20 WIB. Ia minta dijemput ke titik yang sudah ditentukan di sekitar kampus.

| Baca Juga : Astrid Ika Paramitha Temukan Melon Hitam Pertama di Dunia

Dengan perasaan gembira, Wirna menjemput menggunakan motor. Namun ia curiga titik jemputnya di tempat remang-remang. Dia menemukan putranya dalam kondisi lemas tak berdaya. ”Ma, Odo di sini,” ucap Wirna mengenang saat penjemputan.

Odo ditemani dua orang perempuan (senior). Keduanya menyapa dan mencium tangan Wirna. Kepada kedua perempuan itu, ia menanyakan apa yang terjadi, mengapa anaknya lemas seperti mau pingsan.

Tags:

Leave a Reply