By: Agnes
2 October 2019

Lewat pergelaran tari kontemporer, IDCO ingin menunjukan rasa cinta terhadap Indonesia. Pertunjukan bertajuk ‘Untukmu Indonesiaku’ ini dikemas dalam 10 tarian, dan dibagi dalam dua babak di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Jakarta, Jumat sampai Minggu, 27-29 September 2019. 

Pertunjukan ‘Untukmu Indonesiaku’ menjadi pergelaran ke empat setelah sebelumnya IDCO menyelenggarakan We Dance (2016), Danceventure (2017), dan It’s… Showtime (2018).

Babak pertama dibuka oleh penari-penari cilik yang membawakan tarian bertajuk ‘Unity For Love’. Gerakan dinamis yang mereka bawakan, sangat kental dengan unsur balet ini mewakili inspirasi dari tarian yang koreografinya dibuat oleh Fifi Sijaya. Yaitu sebuah harapan dan doa agar Indonesia terus bersatu.

tari-malin-kundang
Tarian Malin Kundang. Foto: Erich Setiadi/ Dok. IDCO

Baca juga: Hari ini! Indonesia Dance Company Penuhi Janji Unjuk IT’S…SHOWTIME

Tarian Malin Kundang yang dibawakan secara apik oleh Dheira Fadhillah, Michael Halim dan Siti Soraya, memberikan kejutan manis bagi 500 penonton GKJ. Sepajang lebih dari 10 menit, kisah legenda terkenal dari Tanah Minang ini dituturkan lewat olahan tari yang memadukan unsur balet dan tari tradisional asal Sumatera Barat.

Harmonisasi music etnik kontemporer yang manis dari Ananda Sukarlan membuat Malin Kundang menjadi tarian yang megah, mewah sekaligus penuh magis. Tarian ini ditutup dengan tepuk tangan meriah yang menandai akhir dari babak pertama.

Setelah rehat selama 20 menit, babak kedua dimulai. Romantisme di awal babak ini muncul dari alunan lagu Memory yang dipopulerkan penyanyi opera, Luciano Pavarotti. Dibawakan penuh penghayatan oleh soprano Andrea Miranda, putri musisi Purwacaraka. Rebecca Alexandria dan Deverell Alim menjadi penari latarnya.

Tarian prison
Foto: Erich Setiadi/ Dok. IDCO

Baca juga: It’s Showtime! Misi Marlupi Satukan Perbedaan Lewat Ballet

Selain Malin Kundang, tarian tradisional asal Dayak, Ulun Engkang Ku karya koregrafer Frank Adam Rorimpandey hadir dalam gerak dinamis meski tak meninggalkan unsur balet. Penari yang banyak melakukan adegan loncatan membuat emosi penonton ikut ‘bangun’ setelah terlena oleh Memory.

Kemeriahan ‘pesta’ pentas tari itu makin sempurna dengan tarian Prison. Tarian yang hanya dibawakan penari pria ini mampu membuat kantuk terobati. Bagaimana tidak, tujuh penarinya membuka kemeja yang mereka pakai. Itu simbol, meluapkan perasaan ingin bebas.

Tags:

Leave a Reply