By: Farah Yumna
9 September 2025

Dalam menjalankan program tersebut, Rana menggandeng berbagai komunitas. Selain SSCS, ada Bibabuku dan Kumpul Dongeng. Dia juga dibantu oleh timnya yang beranggotakan enam orang.

Melalui Bridge of Words, anak-anak yang jumlahnya berkisar antara 10 hingga paling banyak 50 orang diajarkan membaca, menulis, dan diasah kemampuannya dalam berpikir analitis.

“Tujuan dari program ini untuk meningkatkan skill analisis mereka. Dengan membaca, menulis, kita secara otomatis mengasah mereka buat berpikir lebih dalam untuk menganalisis apa yang mereka baca,” ujar Rana.

| Baca Juga :  Cerita Azkarana, Siswi SMA yang Wakili Indonesia di Asian Girls Campaign 2025

Selain itu juga diselingi kuis berhadiah agar anak-anak semakin bersemangat dan tidak bosan.

Menjelang akhir kegiatan, mereka akan dibagi menjadi beberapa kelompok. Lalu diberikan buku dan diminta menganalisis unsur bukunya. Kegiatan itu menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi Rana.

“Ada beberapa anak yang belum bisa membaca. Jadi tantangan banget buat kami harus menyatukan anak yang bisa dan tidak bisa membaca dalam satu kelompok,” ujar siswi SMANISDA itu. (*)

Jangan ketinggalan berita terbaru dan kisah menarik lainnya! Ikuti @Nyata_Media di InstagramTikTok, dan YouTube untuk update tercepat dan konten eksklusif setiap hari.

Tags:

Leave a Reply