NYATA MEDIA — Carlo Acutis resmi dikanonisasi (dinyatakan secara resmi sebagai orang suci) sebagai santo pada Minggu (7/9/2025). Di usia yang masih 15 tahun, dia dinobatkan sebagai santo milenial pertama Gereja Katolik.
Dikutip dari berbagai sumber, upacaranya berlangsung bersamaan dengan kanonisasi Pier Giorgio Frassatti yang dipimpin Paus Leo XIV di Vatikan. Prosesi kanonisasi digelar dalam misa terbuka di Lapangan Santo Petrus yang dihadiri sekitar 80.000 orang, banyak di antaranya kaum milenial serta pasangan muda dengan anak-anak.
Kanonisasi Carlo Acutis sebagai santo, awalnya direncanakan pada 27 April lalu. Namun prosesi ini ditunda saat Paus Fransiskus meninggal. Kala itu, mendiang pernah menjuluki Carlo sebagai influencer Tuhan.
| Baca Juga : Terciduk Ikut Sambut Paus Leo XIV, Harry Styles Diminta Balik ke Studio
Semasa hidupnya, dia juga mendorong proses kanonisasi Carlo. Menurutnya, Gereja Katolik membutuhkan sosok teladan dari generasi muda yang mampu menjawab tantangan zaman digital.
“Carlo tahu teknologi bisa membuat kita terlena, namun ia juga menunjukkan bagaimana teknologi bisa digunakan untuk menyebarkan Injil dan keindahan iman,” tulis Fransiskus dalam sebuah dokumen tahun 2019.
Julukan itu bukan tanpa alasan. Carlo menggunakan ketrampilan komputernya untuk menyebarkan pemahaman terhadap iman Katolik. Ia membuat situs web guna mendokumentasikan laporan mukjizat.
| Baca Juga : Sosok Leo XIV, Paus Pertama Asal AS Bergelar Sarjana Matematika
Lahir di London pada 3 Mei 1991, Carlo tumbuh dalam keluarga kaya yang tidak terlalu taat beragama. Namun saat besar di Milan, Italia, ia menunjukkan iman yang kuat.
Sebagai penggemar teknologi, Carlo belajar ilmu pemrograman secara otodidak. Dia lantas menggunakan kecintaannya pada komputer dan teknologi untuk tujuan yang mulia.
Carlo merancang situs web yang menyajikan informasi tentang mukjizat Ekaristi yang terjadi di berbagai belahan dunia, serta berbagai keajaiban iman Katolik lainnya.
Selain dikenal sebagai anak yang menghabiskan waktu berjam-jam dalam doa di hadapan Ekaristi, Remaja itu juga membatasi dirinya hanya satu jam bermain game video per minggu.
Bagi gereja, kedisiplinan ini menjadi contoh kontras terhadap bahaya budaya digital masa kini, sekaligus menekankan pentingnya hubungan manusia dibandingkan dunia virtual.
| Baca Juga : Ahmad Dhani Mantap Sebut Syifa Hadju ‘Tunangan El Rumi’
Pada tahun 2006, ketika baru berusia 15 tahun, Carlo didiagnosis menderita leukemia. Hanya dalam hitungan hari, dia meninggal dunia di usia 15 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Assisi, kota yang identik dengan Santo Fransiskus.
Sejak itu jutaan peziarah, terutama kaum muda, datang ke Assisi untuk melihat Carlo yang disemayamkan dalam peti kaca dengan balutan jeans, sepatu Nike, dan sweatshirt, seolah ia sedang tidur. (*)
Jangan ketinggalan berita terbaru dan kisah menarik lainnya! Ikuti @Nyata_Media di Instagram, TikTok, dan YouTube untuk update tercepat dan konten eksklusif setiap hari.
Tags:Carlo Acutis Gereja Katolik Influencer Paus Leo XIV Vatikan