Selepas itu, Robet dan kawan-kawan hanya diberi waktu 30 menit untuk mandi dan sarapan sebelum akhirnya ‘dipekerjakan’ kembali pada pukul 07.30 WIB. “Nanti jam segitu, kalau ada grup karyawisata yang berkunjung, kita sudah pakai seragam Kampoeng Kidz lagi untuk nyambut mereka,” sambungnya.
Biadabnya, anak-anak ini dipekerjakan tanpa henti. Kalau ada yang ketahuan ketiduran, mereka langsung disiram air oleh penjaganya. Kekerasan fisik dan mental itu dialami Robet selama sekitar 13 tahun.
Robet bersama dengan puluhan anak lainnya dari beberapa angkatan juga pernah disuruh kerja mengeruk tanah dengan cangkul untuk membuat danau. Pekerjaan itu dilakukan selama berhari-hari, oleh siswa dan siswi, tidak peduli hujan badai sekalipun. “Semua anak disuruh nyangkul danau. Kita nggak tahu kalau itu bisa dikerjakan dengan alat berat,” ujarnya menahan amarah. (*)
Tags:Julianto Eka Putra Robet Betesda Sekolah SPI