By: Azharul Hakim
7 November 2024

Suasana mengaji di Ponpes Jeha, Surabaya. (Foto: Azharul/Nyata)

Suasana mengaji di Ponpes Jeha, Surabaya. (Foto: Azharul/Nyata)

Misi dimulai, Rofi bersama keluarga mengajar anak-anak secara gratis dari pintu ke pintu atau jemput bola sekaligus mengenalkan lembaga pendidikan agama itu.

Pengajian dihelat di rumah kakaknya. Lokasinya di Putat Jaya Timur IV B. Hunian disulap menjadi pondok pesantren.

| Baca Juga : Mie Kentang Terpanjang di Dunia, Panjangnya 3 Kali Tinggi Monas

Saat itu, perjuangannya masih berat. Cibiran kerap diterima. Banyak yang mengatakan ponpes mengganggu prostitusi.

“Ada orang mengejek itu sudah biasa. Dulu memang ada yang pro, ada yang kontra,” ujarnya.

Dikenal sebagai kawasan prostitusi, pelajaran mengaji sering terganggu dentuman musik karaoke, bahkan hingga saat ini. Pasalnya, lokasi Ponpes Jeha berdekatan dengan tempat karaoke.

“Masih aktif, kalau agak sore dahsyat. Karaoke ngumpulnya di sini karena dulu RT-nya juga pengusaha karaoke jadi karena RT-nya pengusaha karaoke maka marak di gang 4B sama 3B,” ungkap Rofi.

| Baca Juga : 4 WNI Jadi Korban Perampokan di Jepang, 1 Tewas

Berawal dari hanya delapan santri, lambat laun Ponpes Jeha dianggap mampu untuk memperbaiki pendidikan agama anak-anak masyarakat sekitar.

“Di sini itu ada sekitar 35 yatim piatu. Jadi ada santri yang yatim, ada santri yang yatim piatu, itu kita gratiskan semua,” ungkapnya.

Mereka yang belajar pun semakin banyak dan berasal dari berbagai kalangan. Bahkan diikuti anak PSK, pemilik wisma, mucikari, rentenir dan pemilik karaoke.

Tags:

Leave a Reply