Penyintas penyakit genetik langka progeria atau sindrom lahir tua, Sammy Basso meninggal dunia pada Sabtu (5/10) di usia yang baru menginjak 28 tahun.
Hal tersebut disampaikan oleh Italian Progeria Association melalui akun Instagram @aiprosab pada Minggu (6/10).
“Hari ini cahaya sekaligus pembimbing kami telah berpulang. Terima kasih Sammy karena telah menjadikan kami dalam bagian hidupmu yang indah,” tulis mereka.
Progeria atau bisa juga dikenal sebagai Hutchinson–Gilford syndrome (HGPS) merupakan salah satu penyakit genetik yang membuat seseorang menua lebih cepat, baik itu dari segi penampilan maupun kesehatan.
Orang-orang pengidap penyakit tersebut yang tidak menjalani pengobatan biasanya, hanya akan bertahan hidup sampai usia 13,5 tahun.
| Baca Juga: Setelah Disiram Air Keras, Katie Piper Tetap Bisa Menjadi Presenter TV
Maka dari itu, Sammy Basso yang berhasil mencapai usia hampir 30 tahun merupakan sebuah keajaiban dalam dunia medis. Dia merupakan penyintas progeria tertua di dunia hingga kepergian kemarin.
Hal tersebut juga berkat kontribusinya sebagai sukarelawan untuk menjadi penelitian dan uji klinis terhadap penyakit progeria. Berkat hal tersebut, terobosan baru terhadap penyakitnya terus berkembang.
Hidup Sammy memang didedikasikan untuk ilmu pengetahuan. Dia bersama orang tuanya merupakan pendiri dari Italian Progeria Association. Melalui asosiasi tersebut, dia berusaha untuk meningkatkan kesadaran publik terkait penyakit sindrom lahir tua.
Tidak hanya itu, Sammy juga merupakan seorang ahli biologi yang lulus dengan predikat baik. Dia merupakan peraih gelar doktor dari salah satu universitas terbaik di Italia.
| Baca Juga: Kisah Pilu Polisi di Sumsel, Evakuasi Korban Laka yang Ternyata Ayah Sendiri
Berkat kecerdasannya itu pula dia bersama dengan para peneliti di asosiasi berhasil menciptakan obat pertama progeria.
Tags:penyintas progeria tertua Penyintas Sindrom Lahir Tua Progeria Sammy Baso Sindrom Lahir Tua