Dilaporkan bahwa angka keparahan (case fatality rate/CFR) Mpox berkisar antara 1-10 persen dengan jumlah kematian terbanyak pada kelompok usia muda.
“Kasus yang parah lebih banyak terjadi pada anak-anak dan terkait dengan tingkat paparan virus, status kesehatan pasien, dan tingkat keparahan komplikasi. Kasus kematian sebagian besar terjadi pada kelompok usia yang lebih muda karena dianggap lebih rentan terhadap penyakit, mengingat status imun belum sempurna,” jelas Hadianti.
Dalam menanggulangi kondisi Mpox yang sedang terjadi saat ini, Kementerian Kesehatan melakukan 3 upaya penanggulangan, di antaranya adalah upaya surveilans, terapeutik, dan vaksinasi.
– Upaya surveilans dilakukan dengan penyelidikan epidemiologi dan penyiapan laboratorium pemeriksa.
– Upaya terapeutik dilakukan dengan memberikan terapi simtomatis, pemenuhan logistik antivirus khusus Mpox, serta pemantauan kondisi pasien.
– Kementerian Kesehatan juga melakukan vaksinasi Mpox terutama pada populasi yang paling berisiko, yaitu laki-laki yang dalam 2 minggu terakhir melakukan hubungan seksual berisiko dengan sesama jenis dengan atau tanpa status orang dengan human immunodeficiency virus (ODHIV).
| Baca Juga: Kenali Gejala Cacar Monyet yang Kini Jadi Ancaman Dunia
Hadianti mengakui bahwa hingga saat ini, belum ditemukan antivirus untuk penyakit Mpox, sama dengan penyakit lain yang setara dengan Mpox.
Namun Mpox dapat dicegah dengan vaksinasi cacar smallpox. Selain itu, penularan dapat dicegah dengan beberapa cara.
1. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cuci tangan secara teratur menggunakan sabun dan air mengalir.
2. Menghindari kontak langsung dengan tikus, primata, atau hewan yang mati mendadak maupun sedang sakit.
3. Menghindari kontak fisik dengan penderita atau material yang terkontaminasi penderita Mpox.