By: Padnya
4 December 2025

NYATA MEDIA — Familiar dengan tanaman pacar air? Tanaman yang dulu identik dijadikan sebagai pewarna kuku atau tanaman hias itu menyimpan segudang manfaat bagi kesehatan.

Tanaman bernama latin Impatiens balsamina L ini kaya akan senyawa Flavonoid, Antosianin, Kaemferol, Senyawa Fenolik yang bermanfaat untuk mengatasi masalah kulit, sakit pinggang hingga rematik.

Namun, pesatnya pembangunan perkotaan membuat keberadaan pacar air semakin sulit ditemukan di kota-kota besar di Indonesia. Termasuk Surabaya. Kondisi itulah yang menginspirasi Isvara Nareswari Aryanto melakukan budidaya pacar air.

Siswi SDN Kaliasin 1 Surabaya itu memulainya sejak Mei lalu. Tidak disangka, hingga kini dia berhasil membudidayakan sekitar 1.900 pacar air. Lalu mengolahnya menjadi dua produk inovatif. Yakni minuman herbal Wedang Puspa Kalsa dan puding pacar air.

Dari proyek lingkungan tersebut, bocah yang akrab disapa Vara itu menjadi finalis Puteri Lingkungan Hidup 2025 di ajang pemilihan Pangeran dan Puteri Lingkungan (Pangput). Sebuah kompetisi lingkungan yang diprakarsai Tunas Hijau. Dalam ajang itu setiap peserta diwajibkan membuat proyek lingkungan.

| Baca Juga : Kisah Balita Sulawesi Bertahan 2 Tahun tanpa Tempurung Kepala

”Awalnya saya riset di Google. Dari baca-baca artikel itu saya menemukan bahwa pacar air sudah langka di Surabaya. Padahal tanaman ini memiliki beragam manfaat. Bisa menyerap polusi udara, mempercantik lingkungan, serta digunakan sebagai obat herbal alami,” kata Vara saat ditemui Nyata di SDN Kaliasin 1 Surabaya.

Untuk memulai project itu, Isvara Nareswari Aryanto awalnya mendapat biji pacar air dari pamannya, yang kebetulan memiliki kebun pacar air di Jombang sebanyak 50 biji. Biji-biji itu lalu ditanam ke dalam 10 polybag yang ditaruh di rumah dan sekolah.

Vara menanam biji pacar air ke beberapa polybag. Foto: Dok. Pri

Vara menanam biji pacar air ke beberapa polybag. Foto: Dok. Pri

Untuk perawatannya, Vara sangat memperhatikan setiap detail. Menurutnya, tanaman pacar air boleh ditempatkan di bawah sinar matahari hanya 4-6 jam saja. Setelah itu tanaman sebaiknya dipindahkan ke tempat yang lebih teduh.

”Ketika pertama kali mencoba itu, tanaman pacar airnya banyak yang layu dan mati. Karenanterlalu lama terkena sinar matahari secara langsung. Kalau disiram kebanyakan itu juga bakalan layu,” jelasnya.

Tanaman pacar air membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk berbunga. Setelah batangnya tumbuh sekitar 5-10 cm, tanaman bisa dipindahkan ke pot. Pemupukan awal dapat menggunakan pupuk kompos. Semua kegiatan itu dia lakukan setiap hari setelah pulang sekolah.

| Baca Juga : Kisah Hidup Epy Kusnandar: Kasus Narkoba hingga Sembuh Tumor Otak

”Namun biasanya saya mencampur dengan pupuk cangkang telur, dan setiap pagi disiram menggunakan air cucian beras. Itu bikin bunganya segar-segar dan cepat tumbuh,” ujar bocah kelas empat itu.

Bunga pacar air berwarna merah yang dipanen inilah yang kemudian diolah menjadi produk Wedang Puspa Kalsa. Minuman herbal yang dibuat dengan merebus bunga pacar air yang dicampur rosella untuk memberikan rasa manis sedikit asam. Lalu ditambahkan kayu manis, jahe, dan gula.

Vara memamerkan produk Wedang Puspa Kalsa dan Puding Pacar Air. Foto: Dok. Padnya/Nyata

Vara memamerkan produk Wedang Puspa Kalsa dan Puding Pacar Air. Foto: Dok. Padnya/Nyata

Satu botol Wedang Puspa Kalsa berukuran 300ml dibanderol Rp8.000. Dalam sekali produksi bisa menghasilkan 20-30 botol. Semua proses itu dilakukan di kediaman Vara yang berada di Jalan Ploso Gang 7 Surabaya.

Selain minuman, Vara juga menciptakan produk kuliner berupa puding. Memanfaatkan rendaman bunga pacar air sebagai pewarna alami pudingnya.

Tidak hanya itu, dia juga aktif memberikan sosialisasi dan lokakarya pembuatan Wedang Puspa Kalsa, demi menggerakkan UMKM di sekitar kampung mitra seperti RW 10 Kalidami, RW 9 Pucangan hingga RW 9 Lemah Putro.

| Baca Juga : Kisah Pasangan Mengajak Balita Menjejak Puncak

Lambat laun pertumbuhan pacar air makin banyak. Biji-biji pacar air yang awalnya ditanam di beberapa pot sudah tidak mampu menampung. Untuk memaksimalkan hasil tanaman, Vara sempat menumpang di lahan milik pamannya di Jombang, dan di lahan neneknya di Mojokerto.

Hingga pada Agustus lalu, Isvara Nareswari Aryanto memiliki kebun pacar air sendiri seluas 1,5 hektar yang diberi nama Tegal Kebonsari. Dukungan penuh datang dari orang tuanya, Ahmadi Aryanto dan Venty Mediana.

”Kami berbagai tugas, ayahnya yang menemani Vara menanam di kebun dan ketika sosialisasi di kampung mitra, sementara sebagai ibu, saya membantu produksi minuman herbal dan pudingnya,” timpal Venty di momen yang sama.

Semenjak mengikuti ajang Pangput 2025, sang ibu mengaku melihat perubahan positif pada diri putri tunggalnya itu. ”Dari kegiatan ini saya melihat kepedulian Vara terhadap lingkungan semakin kuat. Pernah tanamannya mati karena kena talang air hujan, dia langsung menangis. Tapi saya selalu memberikan support,” kata Venty.

Sementara tantangan terbesar bagi orang tua adalah manajemen waktu. ”Kami harus membagi waktu antara bekerja dan pendampingan kegiatan. Mulai dari sosialisasi, kunjungan hingga membuat produknya. Lumayan melelahkan tapi anaknya sangat semangat,” tutupnya. (*)

Tags:

Leave a Reply