NYATA MEDIA — Usai dinobatkan sebagai Puteri Indonesia 2025, langkah Firsta Yufi Amarta Putri tampak kian berwarna. Tak butuh waktu lama, perempuan 24 tahun itu langsung mendapat kesempatan untuk terlibat dalam Anugerah Lembaga Sensor Film (LSF) 2025.
Bersama beberapa finalis Puteri Indonesia lainnya, ia dipercaya untuk membacakan salah satu nominasi di ajang penghargaan tersebut.
Bagi Firsta, keikutsertaannya bukan sekadar tampil di panggung acara bergengsi. Ia melihat pengalaman itu sebagai bagian dari dukungan nyata terhadap kemajuan industri perfilman Indonesia.
“Alhamdulillah tahun ini kami dari Puteri Indonesia diundang untuk menjadi salah satu pembaca nominasi di acara puncaknya juga, di kategori puncak, di Lifetime Achievement,” kata Firsta saat ditemui di SCTV Tower, Senayan, Jakarta pada Senin (3/11).
| Baca Juga: Rahasia Rambut Lebat dan Hitam, Puteri Indonesia 2025 Firsta Yufi Amarta Putri
Baginya, ini adalah kesempatan untuk mengenal lebih dekat sisi lain dunia seni yang sarat makna, dunia yang bukan hanya menciptakan hiburan, tapi juga menyampaikan nilai-nilai kehidupan.
Sebagai generasi muda yang tumbuh di tengah derasnya arus globalisasi, Firsta menyadari pentingnya menjaga akar budaya. Di sinilah, ia melihat peran Lembaga Sensor Film (LSF) sebagai mitra yang melindungi nilai-nilai ketimuran tanpa menghambat kreativitas para sineas.
“Jadi kalau menurut saya sendiri memang LSF ini sangat-sangat penting dan juga bermanfaat ya, karena salah satu lembaga yang masih bisa memegang asas budaya ketimuran, dari ratusan film yang tayang di Indonesia,” ujarnya.
Pemilik nama lengkap Firsta Yufi Amarta Putri ini melihat film bukan hanya sebagai tontonan, tetapi juga tuntunan.
| Baca Juga: Potret Lamaran Impian Nadira Adnan Diwujudkan Kekasih
“LSF akan membantu untuk dunia perfilman ini ataupun dunia seniman di Indonesia supaya lebih mendidik, lebih sehat lagi. Karena kita tahu juga memang itu ditonton bukan cuman untuk kita yang sudah dewasa, tapi juga di semua kalangan usia, mulai dari anak-anak dan juga remaja,” jelas wanita kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur, 1 Maret 2001 itu.
Meski demikian, ia menegaskan pentingnya keseimbangan antara sensor dan kreativitas.
“Dan memang di sisi lain, kita tetap harus mendukung dan tidak membatasi kreativitas yang dimiliki oleh pencipta karya-karya ini,” katanya.
Menurut Firsta, film yang baik bukan hanya soal menarik perhatian penonton, tapi juga menyentuh sisi edukatifnya.
“Jadi bukan hanya menarik, tapi juga mendidik,” ungkapnya.
| Baca Juga: Nasib Rani di Kisah Asli ‘Ipar adalah Maut’, Berbeda dengan Film dan Serial?
Bagi perempuan asal Yogyakarta ini, sensor film bukan berarti penghalang bagi inovasi, melainkan cara untuk tetap menjaga nilai-nilai kesopanan dan budaya bangsa.
“Kita harus memegang prinsip menganggap sopan santun. Harapannya dengan adanya budaya sensor ini tidak membatasi inovasi,” ujarnya.
Ia berharap perfilman Indonesia terus tumbuh dan membawa semangat baru bagi para pelakunya, meski dalam koridor etika dan norma yang tetap dijaga.
“Memacu semangat para seniman produksi film bahwa film Indonesia semakin maju, tetapi tetap berpegang pada norma yang dipegang,” katanya.
| Baca Juga: 3 Fakta Drakor ‘The Manipulated’, Balas Dendam Ji Chang Wook pada D.O EXO
Dalam pandangan Firsta, film yang baik adalah yang mampu mengajak penonton berpikir, tersentuh, dan belajar tanpa kehilangan rasa kagum. “Jadi bukan hanya menarik, tapi juga mendidik,” ungkapnya.
Tentang kemungkinan dirinya terjun ke dunia akting seperti beberapa senior Puteri Indonesia sebelumnya, Firsta tak menutup peluang.
“Untuk saat ini karena memang fokusnya menjadi Puteri Indonesia dan menjabat selama setahun, ya masih harus menjabat di sini,” tutur Firsta.
Ia menambahkan, “Tapi nanti ke depannya kalau memang ada peluang untuk menuju ke arah perfilman, ya alhamdulillah sangat open sih untuk itu. Jadi semoga ya.”
Bagi Firsta, keterlibatan di ajang ini bukan sekadar kesempatan tampil, melainkan ruang belajar, tentang bagaimana sebuah karya seni bisa tetap indah tanpa kehilangan nilai kemanusiaan.
Anugerah LSF 2025 sendiri akan digelar pada 8 November 2025, sebagai bentuk apresiasi terhadap insan perfilman, televisi, dan mitra kerja yang berperan dalam dunia hiburan tanah air. (*)
Tags:Firsta Yufi LSF Puteri Indonesia
