Pernahkan kamu mengalami nyeri hebat saat haid? hati-hati mungkin salah satu penyebabnya adalah Endometriosis. Endometriosis merupakan penyakit pada sistem reproduksi wanita. Penyakit ini terjadi karena ada pertumbuhan abnormal lapisan dinding dalam rahim (endometrium). Tubuh biasanya mengeluarkan jaringan ini selama menstruasi, tetapi ada juga jaringan yang tetap berada di dalam tubuh.

Hal ini lah yang menyebabkan area tersebut menjadi meradang dan nyeri. Ini menandakan jaringan akan tumbuh, menebal, dan pecah.
Endometriosis tergolong ke dalam penyakit kronis hormonal dependen dan dapat menyerang wanita dari segala usia, termasuk anak-anak dan remaja.

Kondisi ini paling sering menimbulkan gejala berupa kram menstruasi yang menyakitkan, nyeri haid atau berhubungan seksual, bahkan sulit hamil.

“Ini penyakit hormonal dependen jadi penyakit hormonal karena berkaitan engan siklus menstruasi. Ini akan timbul terus selama wanita belum menopouse, ini penyakitnya kronik jadi terus menerus,” tutur dokter spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis di RS Pondok Indah, Dr. M. Luky Satria Syahban Marwali, Sp. O. G, Subsp. F.E.R pada Small Media Discussion yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit Pondok Indah Group di Cipete, Jakarta Selatan (6/3).

|Baca Juga: Waspadai Gejala Demam Berdarah Dengue Pada Anak-Anak

Pada umumnya nyeri haid merupakan suatu kondisi yang dialami oleh sebagian besar wanita kala menstruasi. Hal ini wajar apabila nyeri hanya terasa sesaat dan tidak berkepanjangan. Namun, nyeri haid yang terjadi secara terus-menerus hingga rasa sakit tidak tertahankan dan mengganggu aktivitas sehari-hari, bisa jadi ini merupakan gejala endometriosis.

“Banyak yang merasa nggak ada masalah dan bilang bahwa nyeri haid itu biasa. Nah, itu permasalahan. Segera periksa dokter kalau saat haid merasa nyeri untuk mewaspadai gangguan endometriosis,” jelas Luki. Menurutnya, faktor utama penyebab endometriosis adalah faktor genetik. Perjalanan endometriosis seseorang berawal dari masih dalam kandungan.

Apabila seseorang sudah memiliki faktor genetik ditambah faktor risiko, maka kemungkinan memiliki endometriosis sangat besar.nLuky mengungkapkan bahwa ada empat jenis endometriosis. Sering terjadi, dokter menemukan lebih dari satu jenis endometriosis.

Endometriosis itu jarang ketemu hanya satu jenis, biasanya ditemukan secara bersamaan. Sangat jarang hanya ditemukan satu jenis endometriosis pada satu pasien,” tutur Luky. Empat jenis endometriosis seperti disampaikan Luki meliputi:

1. Kista.
Jenis ini merupakan endometriosis yang paling banyak dikenal oleh masyarakat umum. Jenis ini sering disebut kista coklat karena berbentuk kista berisi cairan berwarna coklat. Ukuran kista coklat bervariasi dan dapat muncul di berbagai bagian panggul atau perut, tetapi paling sering ditemukan di ovarium.

2. Adenomyosis
Adenomyosis merupakan kondisi dimana pertumbuhan dari jaringan endometrium melapisi rahim ke dalam otot-otot rahim. Kondisi ini dapat membuat dinding rahim semakin tebal.

Dalam kondisi normal, seharusnya jaringan endometrium hanya melapisi permukaan rongga rahim, tidak sampai ke bagian otot rahim.
Akibat dari adenomyosis di antaranya dapat menyebabkan perdarahan menstruasi yang lebih lama dari biasanya, serta rasa nyeri selama siklus menstruasi atau selama hubungan seksual.

3. Deep Endometriosis
Deep Endometriosis didefinisikan sebagai adenomiosis eksterna, sebagian besar muncul sebagai nodul tunggal, berdiameter lebih besar dari 1 cm. Jenis ini biasa tumbuh di bawah peritoneum atau sekitar organ di dekat rahim, seperti usus atau kandung kemih. Proses deep endometriosis dapat dimulai dari pemeriksaan secara klinis, kemudian dapat dikonfirmasi dengan ultrasonografi (USG) transvaginal atau transrektal.

4. Endometriosis Superficial
Endometriosis superficial biasa ditemukan di peritoneum panggul. Peritoneum merupakan selaput tipis yang melapisi perut dan panggul yang juga menutupi sebagian besar organ di rongga ini.

Pada tipe ini, jaringan endometrium menempel pada peritoneum. Ini adalah bentuk yang paling tidak parah. Namun, menurut Luki jenis ini merupakan jenis yang paling sulit untuk didiagnosa.

“Jenis superficial merupakan jenis endometriosis yang paling sulit untuk didiagnosa. Harus dioperasi, kalau tidak, enggak akan ketauan,” jelas Luki.

Endometriosis memang tidak dapat menyebabkan kematian, tetapi apabila dibiarkan tanpa berkonsultasi kepada dokter, maka akan menyebabkan penderita merasakan sakit setiap bulan.

Luki menghimbau untuk tidak menormalisasi rasa nyeri saat haid apabila terjadi secara terus-menerus setiap bulan, dan segera konsultasikan ke dokter apabila mengalami hal tersebut.

|Baca Juga: Penyintas Kanker Payudara Bisa Lakukan Rekonstruksi untuk Kembalikan Rasa Percaya Diri

Bikin Wanita Sulit Hamil

Menurut Luki, 30 hingga 50 persen penderita endometriosis mengalami gangguan kesuburan. Lebih lanjut dikatakan Luky, dampak endometriosis yang timbul sangat beragam, salah satunya berhubungan dengan ketidaksuburan yaitu sulit hamil. Dampak lainnya di antaranya kualitas sel telur yang menurun, cadangan sel telur yang menipis, proses pembuahan menjadi sulit, kualitas embrio menurun, dan implantasi atau keluarnya bercak darah dari vagina pada masa kehamilan.

Luky juga mengatakan bahwa endometriosis juga dapat berdampak pada kehidupan sehari-hari seseorang, khususnya pekerjaan. Dampak Endometriosis pada Pekerjaan.

Luki menyebut bahwa sekitar 65 persen penderita endometriosis mengalami penurunan pada kemampuan kerja, 30 persen harus mengganti pekerjaan, sisanya harus menurunkan hari kerja atau bahkan berhenti bekerja.

Pada aspek lainnya, endometriosis dapat berdampak buruk pada hubungan sosial, pendidikan, psikologis, keuangan, kesempatan hidup, dan lifestyle. Bagaimana tidak? Setiap bulan harus merasakan sakit luar biasa, serta konsultasi ke dokter untuk membeli obat hormonal yang tentu dapat memengaruhi aspek psikologis dan keuangan.

Pada organ tubuh lainnya, endometriosis dapat menimbulkan gangguan pada saluran kemih atau ginjal dan gangguan pada saluran pencernaan atau usus.

Diagnosis dan Penanganan Endometriosis

Apabila mengalami gejala endometriosis, Luki menyarankan kita untuk melanjutkan ke tahap diagnosis. Diagnosis dapat dilakukan melalui ultrasonografi atau USG transvaginal atau transrektal. Selain itu, kata Luky, diagnosis dapat dilakukan melalui MRI.

Jika telah ditemukan diagnosis melalui USG atau MRI, penanganan yang pertama dianjurkan oleh Luki adalah obat hormonal. Apabila gagal, opsi selanjutnya yang disarankan oleh medis adalah operasi pembedahan.

Obat Hormonal Pasien Endometriosis

Obat hormonal merupakan obat yang diberikan kepada penderita endometriosis dengan tujuan meredakan nyeri dan menghambat pertumbuhan.

Obat ini diberikan untuk penggunaan jangka waktu yang panjang hingga bertahun-tahun. Luki mengungkapkan bahwa obat hormonal sudah teruji klinis aman untuk dikonsumsi penderita dalam jangka waktu yang panjang. Dia, menjelaskan, racikan obat hormonal ini berbeda dengan obat lainnya. Kandungan yang terdapat di dalam obat hormonal diracik sedemikian mungkin untuk menekan hormon dengan jumlah yang tepat.

Endometriosis merupakan penyakit yang progresif (bisa berkembang menjadi lebih berat). Selama pengobatan dengan obat-obatan, pasien harus tetap selalu melakukan kontrol untuk evaluasi perburukan endometriosis.

|Baca Juga: Bahaya Filler Bibir Kupu-Kupu yang Sedang Digandrungi Seleb Hollywood

Operasi Pembedahan Jadi Opsi Terakhir

Apabila tahap penanganan pertama yakni penggunaan obat hormonal gagal, opsi selanjutnya yang disarankan Luki adalah operasi pembedahan.

Operasi hanya dilakukan jika gagal terapi hormonal atau endometriosis menyebabkan gangguan pada organ lain, seperti saluran kemih atau usus.

Operasi pembedahan endometriosis dapat dilakukan menggunakan prosedur laparoskopi. Prosedur laparoskopi merupakan gold standart untuk tindakan pembedahan pada endometriosis. Prosedur ini yang memungkinkan ahli bedah untuk mengakses bagian dalam perut dan panggul tanpa harus membuat sayatan yang besar di kulit.

Setelah operasi, obat hormonal jangka panjang juga diberikan pasca operasi untuk mencegah kekambuhan. Luki mengungkapkan bahwa operasi tidak menutup kemungkinan endometriosis dapat terjadi lagi. Menurutnya banyak pertimbangan yang harus diperhatikan sebelum memilih opsi operasi pembedahan endometriosis. Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah usia dan cadangan sel telur. Setelah melakuan operasi, cadangan sel telur kemungkinan akan habis.

Apabila pasien masih dalam usia muda dan tidak memiliki cadangan sel telur yang cukup, maka besar kemungkinan pasien tidak dapat hamil di kemudian hari. Hal itu tentu membutuhkan pertimbangan yang matang.

Hal lain yang perlu diperhatikan menurut Luki adalah dapat timbulnya penyakit lain yang juga menyebabkan gangguan kesuburan, serta yakin bahwa keputusan ini merupakan keinginan pasien. (*)

Tags:

Leave a Reply