By: Kontributor
3 February 2023

Beberapa waktu lalu, nama Sulemana Abdul Samed mencuri perhatian dunia. Ia mengklaim memiliki tinggi badan mencapai 2,89 meter. Bahkan rekor yang tercatat itu rencananya akan di daftar ke Guinness World Record. Dan akan menggeser posisi Sultan Kosen sebagai pria tertinggi yang masih hidup dengan tinggi 2,51 meter.

Namun, belakangan terungkap bahwa peralatan pengukur rumah sakit rusak dan setelah diukur dengan seksama, Sulemana hanya memiliki tinggi sekitar 2 Meter. Meskipun gagal mendapat gelar Guinness World Record, pria asal Ghana itu masih pantas dijuluki sebagai manusia tertinggi, loh.

Bahkan jika berdiri, tinggi pria berusia 29 tahun itu bisa melebihi bangunan-bangunan di daerah Ghana Utara. Kelainan yang ia alami bermula sejak tahun 2015. Kala itu, sesuatu hal aneh dialaminya.

Saat bangun tidur ia mendapati lidahnya sudah menjulur di dalam mulut. Sampai-sampai membuatnya sulit bernafas. Ia kemudian pergi ke sebuah apotek untuk membeli obat. Namun keanehan muncul beberapa hari setelahnya.

Ia mulai menyadari bahwa pertumbuhan dalam badannya terjadi begitu cepat. Padahal dalam keluarganya tak ada riwayat memiliki seperti dirinya. “Anggota keluargaku tak ada yang tinggi, saya yang paling tinggi,” terangnya.

Pria berkulit hitam itu kemudian berobat ke Baptist Medical Center. Dokter mendiagnosisnya mengalami Gigantisme. Sebuah kondisi medis yang membuatnya tumbuh lebih tinggi dari rata-rata manusia normal. “Setiap tiga bulan atau empat bulan sekali saya bertumbuh tinggi,” katanya.

|Baca Juga: Potret Mesra Lionel Messi Bersama Keluarga, Rayakan Kemenangan Argentina di Piala Dunia 2022

Foto: Dok. Net

Pertumbuhan abnormal itu juga membawa komplikasi penyakit lain. Yakni berupa sindrom Marfan. Sindrom itu membuat tulang punggungnya bengkok dan mempengaruhi jaringan-jaringan ikat dalam tubuh. Yang paling serius bisa menyebabkan cacat jantung.

Para dokter menganjurkan untuk dilakukan operasi bedah di bagian otaknya untuk menghentikan pertumbuhan tersebut. Sayangnya, asuransi kesehatan di Ghana tidak dapat mengover operasi tersebut. Ditambah lagi ongkos sekali kunjungan ke rumah sakit bisa mencapai $50 atau sekitar Rp779 ribu.

Secara kasat mata, ia memang terlihat tinggi seperti raksasa. Tetapi jika dilihat lebih dekat, fisiknya tidak begitu sehat. Dia berjuang melawan luka kronis di kaki kirinya yang hanya diperban. Terlihat juga luka di kaki kanannya menghitam dan bengkak. Dengan keterbatasan biaya, Sulemana memohon bantuan medis agar kelainannya itu dapat disembuhkan.

Kondisi tersebut membuatnya gagal menjadi supir handal. Ia kemudian pulang kampung ke Gambaga dan tinggal bersama saudara laki-lakinya. Sulemana tetap giat mencari nafkah dengan membuka counter pulsa.

Cerita hidupnya yang banyak tersebar melalui sosial media membuatnya semakin dikenal sebagai selebriti lokal. Ia selalu muncul di program acara televisi. Penggemarnya pun bervariasi mulai dari tetangga, politisi, polisi militer mendatangi rumahnya untuk sekedar berpelukan dan meminta foto. Ada juga yang menyapanya dengan melambaikan tangan.

“Tinggi badan saya membuat saya terkenal, saya biasanya berkata ke mereka, Ayo kemari kemudian kami berdiri dan berfoto bersama,” kata Awuche.

Menjalani kehidupan sebagai manusia tertinggi tidaklah mudah. Awuche harus banyak beradaptasi dengan lingkungan maupun benda yang diperuntukkan bagi mereka yang normal. Untuk urusan alas kaki saja, ia harus memesan sendiri sepatunya ke seorang tukang sepatu langganan. Bahannya pun khusus terbuat dari ban mobil supaya kokoh melindungi kakinya.

Foto: Dok. Net

|Baca Juga: Demi Kampanye Kanker Kulit, Ribuan Orang Rela Telanjang di Pinggir Pantai Sydney

Pakaiannya juga dibuat oleh seorang penjahit bernama Issahaku Musah. Yang sudah tujuh tahun membuat baju untuknya. Maklum ukuran baju yang cocok untuknya sangat jarang dijual di toko-toko. Selain pakaian, Awuche tidak memiliki tempat tidur yang sesuai. Kasur ukuran ganda dan kecil digabung untuk bisa menampung tubuhnya. Posisi tidurnya juga berbeda yakni secara diagonal.

Dukungan keluarga sangat mempengaruhinya untuk terus percaya diri dan tidak berkecil hati dengan kondisi yang dialami. Dengan begitu ia menemukan arti dari kata bersyukur.

“Inilah apa yang Allah tentukan untuk saya. Tidak masalah dengan bagaimana Allah menciptakan saya,” tuturnya.

Sebagai seorang pria yang normal, Sulemana juga memiliki ketertarikan dengan lawan jenis. Ia pun punya keinginan untuk menikah dan mempunyai anak di masa mendatang. Tetapi untuk saat ini, ia sedang fokus untuk sembuh dari sakitnya. *pad/ika

Tags:

Leave a Reply