NYATA MEDIA — Musisi Mikail Israfil atau yang dikenal dengan nama panggung Mike Marjinal, mengungkap besarnya pengaruh Pramoedya Ananta Toer dalam karya-karyanya. Seperti lagu ‘Bumi Manusia’, ‘Rencong Marencong’, dan ‘Ibuku Ibumu Ibumi’.
Dalam diskusi ‘Aksara Pram di Bumi Menjadi Manusia’ yang digelar Yayasan Pramoedya Ananta, Mike tampil dengan dua lagu terbarunya yang lahir dari pergulatannya dengan gagasan sang sastrawan besar.
‘Bumi Manusia’ menjadi lagu pertama yang ia bawakan, karya yang proses kreatifnya sudah dimulai sejak 2003 namun baru dirilis tahun ini. Lagu kedua berjudul ‘Anak Merdeka’, terinspirasi langsung dari buku Anak Semua Bangsa.
“Lagu-lagu itu adalah respons saya terhadap gagasan beliau. Kesimpulan saya jelas, Bung Pram adalah orang yang sangat jujur. Saking jujurnya, beliau tampak ‘kosong’ dari pretensi,” jelas Mike di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Minggu (30/11/2025).
| Baca Juga: Peringati Seabad Pramoedya, ‘Bunga Penutup Abad’ Dipentaskan Lagi
Musisi 49 tahun ini memuji Pram sebagai sosok besar yang tak pernah mengklaim kebesaran dirinya, namun tetap teguh menjalankan tanggung jawab sebagai warga negara.
Gitaris band punk Marjinal ini bahkan mengenang momen kecil namun berkesan pada ulang tahun Pram yang ke-80. Saat itu, ia sempat menobatkan Pram sebagai ‘Datuk Pang’ atau Datuk-nya Punk.
“Bung, enggak perlu ngomong ‘Pang’. Bung sudah lebih Punk daripada Punk itu sendiri. Beyond Punk,” kenangnya sambil tertawa. “Saya bahkan bercanda, jangan-jangan Punk di London itu terinspirasi dari Bung Pram,” imbuh Mike.
Mike pertama kali mengenal karya Pram ketika masih menjadi mahasiswa pada sekitar 1995. Ia menggambarkan masa itu sebagai periode “ruang gandrung”—masa ketika mahasiswa kritis menjadikan bacaan Pram sebagai literatur wajib dalam pergerakan.
“Bagi saya yang miskin pengetahuan dan miskin ekonomi, mencari buku-buku Pram itu seperti transaksi narkoba. Pinjam sembunyi-sembunyi, antre nunggu teman selesai baca. Rasanya seperti mencari barang terlarang,” ujarnya.
Kesempatan bertemu langsung dengan Pram datang dalam sebuah acara peluncuran buku di TIM, di mana Mike tampil bersama Aditya, cucu Pram.
Sementara aktris dan produser Happy Salma yang turut hadir dalam acara berbagi kisah tentang hubungannya dengan karya sastra Indonesia.
| Baca Juga: Ecky Lamoh Meninggal: Perjalanan Panjang Vokalis Rock Legendaris
Sejak usia awal 20 tahunan, ia mengagumi karya Pramoedya, Mangunwijaya, dan Nh. Dini. Namun “Gadis Pantai” adalah karya yang membuatnya paling penasaran.
“Buku itu tidak ada ending-nya. Volume 2 dan 3 hilang. Karena penasaran, saya mencari cara untuk bertemu langsung dengan penulisnya. Saya ingin bertanya: ‘Bagaimana sih akhir ceritanya?’” ungkap Happy.
Pencarian itu kemudian menjadi fondasi kelahiran Titimangsa Foundation, lembaga yang ia dirikan untuk mengalihwahanakan karya sastra ke panggung pertunjukan. Dari sanalah lahir karya-karya teater ikonik, termasuk ‘Bunga Penutup Abad’.
“Dari Pram, saya belajar bahwa tugas seorang seniman adalah membuat orang menjadi terpelajar,” ujar Happy. (*)
Tags:Bumi Manusia Happy Salma Mike Marjinal Pramoedya Ananta Toer Taman Ismail Marzuki
