Begitu juga Louis Bertrand, alumni Yayasan Rawinala, yang membawakan beberapa lagu dengan merdu, seperti ‘I Have A Dream’.
Selain dari anak-anak Rawinala, ‘Cahaya Hati’ juga menggandeng penampil lainnya dari berbagai latar belakang dan lintas usia, yang berkontribusi demi suksesnya pagelaran tersebut.
Tuti Widiastuti Suharto, manajer produksi pertunjukan Cahaya Hati, mengatakan, “Pergelaran ini terdiri atas 10 babak. Istimewanya para penampilnya bukan profesional dalam seni suara, tapi mereka senang bernyanyi dan bisa menyanyi. Mereka ada rasa empati, ingin berbagi melalui seni.”

Pergelaran musikal ‘Cahaya Hati’. (Foto: Naomi/Nyata)
Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala telah menjadi tempat pembelajaran holistik bagi anak-anak dengan tunanetra ganda—mereka yang tak hanya kehilangan penglihatan, tetapi menghadapi lebih dari satu keterbatasan.
Dengan pendekatan berbasis kasih sayang dan inklusi, setiap anak diajar berkomunikasi, berkreasi, dan menemukan cara mereka sendiri untuk bersinar dan mandiri.
| Baca Juga: Petualangan Sherina Kembali Diproduksi dalam Pertunjukan Musikal
Endang Hoyaranda, Ketua Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala sekaligus Ketua Panitia Pergelaran Cahaya Hati, menyampaikan, “Melalui pergelaran musikal Cahaya Hati, kita telah melihat bukti bahwa kepedulian bisa mengubah hidup. Cahaya Hati adalah tentang keberanian anak-anak Rawinala, dan tentang tekad kita semua untuk memberi ruang bagi mereka tumbuh dan bermimpi.”
Lebih lanjut, beliau menegaskan bahwa hasil dari penggalangan dana malam ini akan dimanfaatkan untuk membangun Sekolah Musik untuk Anak Berkebutuhan Khusus, serta mengembangkan Sheltered Workshop sebagai wadah pemberdayaan bagi murid setelah mereka lulus.
“Setiap kontribusi malam ini adalah investasi bagi masa depan anak-anak luar biasa ini,” ujar Endang Hoyaranda. (*)
Tags:Musikal Cahaya Hati Penyandang disabilitas Pertunjukan Musikal Tunanetra Ganda