By: Radix WP
9 May 2016

Di Jogja, Rangga ternyata juga sedang punya urusan pribadi. Karmen yang merasa berhutang budi mengambil suatu inisiatif, lalu mengalirlah kelanjutan kisah Cinta dan Rangga. Putusnya hubungan mereka jadi misteri yang diungkap secara perlahan. Setelah itu, penonton diajak merasakan bagaimana relasi rindu, canggung, dan benci antara keduanya.

Dalam AADC 2, alur bukanlah suguhan utama. Manjakan saja diri dengan segala adegan, percakapan, ekspresi, serta emosi para tokohnya. Puisi dan musik tentu saja tetap jadi perhatian. Dan satu hal yang saya sukai dari film Indonesia selevel ini, yaitu tidak bertele-tele. Misalnya, bagaimana suasana pertemuan antara Karmen dan Rangga? Silakan bayangkan sendiri. Film ini hanya menampilkan hasil dari pertemuan tersebut.

Meski bukan lagi film tentang remaja, tapi AADC 2 punya rating usia yang serupa dengan pendahulunya. Tak ada adegan dewasa, sehingga cukup layak ditonton oleh remaja, yang mungkin akan jadi tertarik juga mencari versi DVD seri pertamanya. Tapi, terlepas dari sukses-tidaknya meraih penonton baru, AADC 2 sedari awal dipastikan laris. Para mantan penggemar Cinta dan Rangga kebanyakan kini jadi orang-orang dewasa yang mapan. Tak perlu perhitungan untuk beli tiket bioskop. Bisa menonton lebih dari sekali. Dan bisa juga mentraktir orang-orang lain untuk ikut nonton.

Di kursi bioskop, tinggal sandarkan badan lalu biarkan jiwa kita kembali terhanyut oleh kisah roman, sebagaimana belasan tahun silam. (*)

Review film lainnya:

A Copy of My Mind

 

Tags:

Leave a Reply