Di negara inilah, ia kemudian mendapat pertolongan. ”Saya dilarang pergi ke sekolah saat masih di negara saya. Tapi setelah mendapatkan suaka pada 2013 di Kanada, impian saya terwujud untuk kembali ke sekolah. Hari pertama sekolah, ketika duduk di samping teman sekelas, saya menangis. Namun, itu adalah air mata kebahagiaan,” tutur Shakila.

”Pemerintah Kanada juga membantu membiayai 15 operasi pada wajah saya,” katanya. Wajah Shakila memang mengalami kerusakan berat setelah dianiaya bertubi-tubi oleh adik lelaki, saudara ipar dan suaminya.
Kini setelah kondisinya mulai pulih, Shakila Zareen tak mau berhenti. Dia mengaku beruntung dibanding ribuan teman-teman wanitanya yang masih menderita di Afghanistan.

“Meski jauh dari kampung halaman saya, di sini saya tampil sebagai pembicara di depan umum. Menuntut keadilan bagi kaum perempuan yang menghadapi kekerasan. Saya menceritakan kisah yang menyakitkan dalam hidup saya dan kehidupan perempuan Afghanistan lainnya yang sama seperti saya, kepada seluruh dunia,” kata wanita yang kini jadi aktivis itu.
Sebagai informasi, menurut WHO, sekitar 52 persen perempuan di Afghanistan pernah mengalami kekerasan di rumah mereka. Tak hanya saat sudah menikah tapi juga ketika masih lajang. *bbs/amy
Tags:afghanistan dianiaya kisah manca manca