Karena batuk berkelanjutan tersebut, salah satu anggota tim online membawa Dani mengunjungi dokter yang kebetulan berada di kantor pada pertengahan Juni 2017. Dari dokter tersebut, kami dapat informasi bahwa ia mungkin menderita sesuatu yang cukup berat. Kami belum mengetahui secara pasti, karena hasil tes belum selesai.
Kami tadinya berpikir penyakitnya ada di dalam paru-paru atau tenggorokan, karena gejala yang terlihat adalah batuk. Tetapi ternyata, kami justru kehilangan Dani karena masalah yang jauh lebih serius dan tak pernah kami lihat sebelumnya, yaitu radang otak.
Sosok Dani memang tak pernah menunjukkan rasa sakit, kecuali batuk. Kami semua jadi tak tahu bahwa ia menderita penyakit yang sangat serius. Ia mungkin sudah mengalami kesakitan yang luar biasa, tapi tak pernah memperlihatkan hal itu kepada kami.
Kakak Dani, Ardi Pratomo, mengumumkan kematian adiknya tercinta melalui Instagram dan Facebook miliknya. Kabar ini sontak membuat kami kebingungan. Mayoritas dari kami masih berada dalam suasana libur lebaran.
Kepergian Dani membuat kami sadar bahwa ada begitu banyak hal yang tak bisa dilihat oleh manusia. Begitu banyak hal yang membuat kami terlalu cepat mengambil kesimpulan atas sesuatu, namun sebenarnya kami tidak mengetahui apapun.
Selamat jalan, Dani. Semoga amal dan ibadahmu diterima di sisi-Nya. Sosokmu akan selalu kami kenang. Semangatmu menjadi teladan bagi kami untuk terus berjuang, meski rasa sakit terus melanda.
So long, our friend, thank you for everything…
Tags:Kisah