By: Kontributor
20 October 2017

Menyelamatkan hak anak adalah pilihan hidup Yuliati Umrah. Wanita dari Surabaya ini mendirikan Yayasan Arek Lintang (ALIT) untuk mendorong prestasi anak melalui program-programnya.

Awalnya, Yuliati sempat mengambil tindakan yang ditentang ayahnya, lulusan Ilmu Politik Universitas Airlangga memutuskan hidup menggelandang. Ia tidur di emperan toko dan makan makanan sisa rumah makan, agar bisa dekat dengan anak-anak jalanan yang menjadi targetnya.

Setelah melalui perjuangan itu, akhirnya Yuli berhasil mendirikan Yayasan ALIT pada tahun 1999.

Baca juga: Majukan Industri Penerbangan Tanah Air dan Dikenal Seluruh Dunia

Sampai saat ini sudah tak terhitung lagi berapa atlet yang berhasil dicetak yayasan yang fokus membela hak anak-anak kaum marjinal ini. Beberapa di antaranya bahkan ikut berkompetisi di tingkat nasional.

Foto: DokPri-Rizza

”Tahun 2012 saya sempat jadi konsultan di Tupperware. Dana yang saya dapat cukup gede. Dari situ akhirnya kami kembangkan atletik, akhir nya jadi juara,” jelas wanita yang akrab disapa Yuli itu.

Yuli menjelaskan bahwa yayasan ini tak mengarahkan anak-anak binaannya jadi atlet. Melainkan menyediakan banyak program untuk dipilih sesuai minat anak.

Foto: Hafidz/Tabloid Nyata

”Fisik-motorik kita menggunakan pendekat an athletic for kids, untuk mental-sosial ada musik, berkebun, merawat anjing, teater, keterampilan, untuk kognisi ada kelas bimbelnya,” beber Yuli.

Baca juga: Masih 23 Tahun, Shamma Al Mazrui Jadi Menteri Pemuda di Uni Emirat Arab

Tempat curhat

Diakui Yuli, semua program yang ia punya sebenarnya mengarah ke tujuan yang sama, yakni merebut kepercayaan anak. Dengan rasa percaya, anak akan lebih terbuka jika mengalami masalah.

Foto: Hafidz/Tabloid Nyata

”ALIT itu harus dijadikan rumah yang menyenangkan bagi semua anak sehingga kalau kita ngomong itu didengerin, sehingga kalau mereka ada masalah itu curhatnya ke kita, bukan di tempat yang salah,” tutur Yuli.

Halaman 2: Yuli menjadi konsultan PBB dan mewakili Indonesia menjadi pembicara Internasional.

Konsultan organisasi dunia

Wanita kelahiran Pamekasan, 16 Juli 1975 ini bukanlah orang baru di bidang perlindungan hak anak. Ia menjabat sebagai konsultan di beberapa organisasi internasional seperti PBB, UNICEF, dan UNDP sejak tahun 2002.

”Awalnya saya terpilih sebagai salah satu peserta workshop internasional di Bangkok tentang hak anak, itu sedunia. Dari Indonesia hanya dua orang, saya dan satu lagi dari Kalimantan,” kata Yuli.

”Pulang dari workshop, akhirnya strateginya makin bagus, makin terasah, dan saya banyak menerima job sebagai freelance consultant di beberapa organisasi internasional, termasuk PBB,” imbuh ibu dua anak ini.

Pengalamannya membuat jangkauan Yuli semakin luas. Sampai saat ini, ia sudah membuka children center di lima kota selain Surabaya yakni Maumere (Sikka, NTT), Lereng Gunung Bromo (Probolinggo, Jatim), Semarang (Jateng), Pulau Gilingan (Madura, Jatim), dan Ubud (Gianyar, Bali).

Baca juga: Halimah Yacob, Presiden Perempuan Pertama Singapura

Mewakili Indonesia

Tak heran, dengan berbagai pengalamannya itu, ia kerap diundang mewakili Indonesia dalam konferensi internasional tentang hak anak.

Bahkan pada bulan Mei 2018 nanti, ia diminta menjadi pembicara dalam Kongres Masyarakat Katolik Sedunia.

Ntar Mei saya ke Jerman untuk Kongres Masyarakat Katolik Sedunia tentang perlindungan anak, walaupun saya muslim. Jadi Vatikan akan menyusun aturan perlindungan anak di semua gereja dan saya dianggap expert dari Indonesia untuk didengar,” jelas Yuli.

Partnership

Foto: Hafidz/Tabloid Nyata

Menariknya, selama ini, Yuli banyak menggunakan dana pribadi untuk menjalankan program-program bersama ALIT. Dana yang tidak sedikit itu didapatkan dari penghasilannya sebagai konsultan. Namun, ia juga tak menampik jika sempat beberapa kali menerima bantuan dari Jerman, Belanda, dan Australia.

”Jadi bicaranya bukan bantu yayasan. Kami kerjasamanya, kalau ada ide apa di daerah mana, yuk partnership. Ada nggak yang mau modali yang ini, oh iya saya mau. Jadi organisasinya benar-benar independent karena per proyek,” jelasnya.

Baca juga: Diamputasi karena Kanker, Jessica Quinn Menginspirasi Banyak Orang dengan Semangatnya

Kunci Sukses

Menurut Yuli, keyakinan diri adalah kunci utama bagi seseorang untuk sukses. Terkadang, orang lain tak paham dengan pilihan hidup kita. Namun, bukan berarti kita salah.

Foto: Hafidz/Tabloid Nyata

”Kita harus berani di luar kotak, berani memilih, berani mengeluarkan ide yang menurut orang nggak umum. Perubahan itu muncul hanya dari orang yang nggak umum,” pungkas Yuli. *rhw/adi/fel

Selain kisah Yuliati Umrah mendirikan yayasan anak terlantar, baca juga info-info terbaru selebriti Indonesia lainnya di Tabloid Nyata edisi 2415 terbit tanggal 14 Oktober 2017.

Tags:

Leave a Reply