By: Heni
14 March 2020

Salah
satu kompetisi yang menarik di KFC Elementary School Games (ESG) adalah Traditional Dance. Bukan hanya menari,
tetapi para peserta yang mengikuti juga membawa sejumlah pesan lewat tariannya,
yang dikemas dengan ciri khas dan kreativitas masing-masing.

Lucunya,
ada salah satu peserta, yaitu SDIT Al-Fathimiyyah yang membawakan tarian dengan
tidak berekspresi sama sekali selama berada di atas panggung. Namun, siappa
sangka jika gerakan mereka justru membuat para audience KFC Elementary School Games tertawa
terbahak-bahak.

Cerita
tarian itu dimulai ketika para penari yang berubah menjai wayang golek. Sendi
mereka kaku, tetapi tangan dan kaki mereka bergerak sesuai kenginan. Tidak
hanya bergerak sesuai keinginan, terkadang mereka juga bergerak di luar
kemauannya.

Di tengah jalannya tarian tersebut, salah satu penari menjadi dalang dan mengontrol dua penari lainnya. Sedangkan penari sisanya, menjadi penonton dalam pertunjukan wayang golek tersebut. Lalu, mereka bermain bersama hingga akhirnya muncul konflik di antara mereka.

| Baca juga: Tingkatkan Upaya Preventif, Hari Terakhir KFC ESG tanpa Penonton

Salah
satu guru ekstrakurikuler tari dari SDIT Al-Fathimiyyah, Retno Ismu Haryani menjelaskan,
alur dari tarian tersebut dari adegan bermain, lalu menjadi bertengkar dan
akhirnya meninggalkan permainannya.

”Awal
mulai cerita ini ada sekelompok teman yang bermain wayang. Ketika bermain
biasanya kan ada yang bertengkar.
Makanya ada adegan bertengkar di tarian ini. Terus setelah selesai bermain kan biasanya capek semua, makanya di
akhir tarian itu mereka keluar panggung dengan ekspresi lemes begitu,”
jelasnya.

Retno
juga mengatakan bahwa ada beberapa gerakan pakem yang ditampilkan dari tarian
tersebut, yang kemudian digabung dengan kreasi lain. ”Nah di dalam gerakan
tarian yang pakem ini harus benar-benar sesuai. Gerakan pakem itu waktu mereka
menirukan wayang. Karena kan tiap
karya punya ciri khasnya sendiri,” imbuhnya.

berlatih,
Retno tak merasa ada kesulitan yang berarti, walaupun ia menyadari jika waktu
untuk berlatih ketika hanya satu minggu.

”Sebagai
guru, saya selalu bilang kepada anak-anak untuk membayangkan gerakan wayang.
Saya tunjukin gerakan wayang dari YouTube,
lalu saya modifikasi agar mudah untuk anak-anak. Kemudian saya memberikan
pilihan ke mereka, mana kira-kira gerakan yang mudah. Jadi kita nggak terlalu
ngotot gerakan yang seperti apa, kita kembalikan ke anaknya. Kita cuma andil
ide,” paparnya.

Ditambahkan
Raisha Nailah Zuhrah, salah satu anggota tim tari tersebut, menjadi wayang di atas
panggung bukanlah hal mudah. Karena, menurutnya tim yang terdiri atas siswi
kelas 3-5 SD itu cukup kesusahan mulai awal.

Tetapi,
penari lainnya, Elvin Nuri Sofia mengatakan jika mereka akhirnya dapat tampil
memukau. ”Lama-lama kita bisa, kita harus tunjukkan. Pokoknya kita harus
optimis,” kata Elvin. 

Tags:

Leave a Reply