Siswa SMA Bandung Ubah Limbah Tulang Ayam Jadi Bahan Bangunan

Siapa sangka limbah tulang ayam yang biasanya berakhir di tempat sampah, bisa digunakan sebagai bahan alternatif membuat beton. Tiga siswa SMA Pribadi Bandung berhasil membuktikannya.

Ketiganya adalah Muhammad Haikal Alqory, Viandra Satriya Hutama, dan Mochammad Zahran Alfathin Mulkan Djunaedi.

“Di sekolah kan kami dapat makan siang. Lauknya, paling sering daging ayam. Tulang tulang ayam sisa makan itu yang kami  manfaatkan,” jelas Zahran yang asal Cianjur, mewakili kedua rekan setimnya.

Dari hasil studi pustaka yang mereka lakukan, diketahui bahwa tulang ayam mengandung kalsium karbonat, yang istilah kimianya CaCO3.

| Baca Juga : JF3-Busan Fashion Week Jalin Kolaborasi, Buka Akses Internasional bagi Desainer Muda

“Sama dengan kandungan batu kapur, yang jadi bahan pembuatan semen dan beton komposit,” lanjut Haikal yang asli Bandung. Sama dengan Viandra.

Tahap penelitian berikutnya, mereka harus bisa menemukan cara untuk mengekstraksi CaCO3- nya tulang-tulang ayam itu.

Bila berhasil, mereka bukan hanya bisa menyelamatkan lingkungan tetapi juga mencegah jatuhnya korban jiwa. Sebab seperti diketahui, penambangan batu kapur di banyak daerah tidak hanya merusak lingkungan tetapi juga mencelakai, bahkan membunuh banyak orang.

Mereka pun mulai mengumpulkan limbah tulang-tulang ayam sisa makan para siswa. Ternyata sehari bisa terkumpul tiga kilogram. Karena tulang-tulang itu sampah organik  yang mudah busuk, maka mereka harus langsung memprosesnya.

| Baca Juga : Tips Ayam Ungkep Enak ala Chef Rudy, Hindari 1 Kesalahan Ini

“Kami cuci, sterilkan, terus dipanaskan hingga kering, agar bisa ditumbuk jadi tepung,” jelas Zahran.

Dalam bentuk tepung, tulang-tulang itu hanya berbobot satu kilogram. Itu belum final. Tepung tersebut masih harus diolah lagi agar CaCO3-nya bisa diekstraksi (dikeluarkan).

Tags:
limbah tulang ayam manfaat limbah tulang ayam Mochammad Zahran Alfathin Mulkan Djunaedi Muhammad Haikal Alqory siswa SMA Pribadi Bandung Viandra Satriya Hutama