By: Nadiah Sekar Ayuni
19 December 2024

Masyarakat Indonesia tentu tidak asing lagi dengan cerita lokal ‘Si Kancil’ yang menceritakan tentang seekor kancil nakal suka mencuri. Namun di tangan Daud Nugraha, image buruk tersebut itu berubah lewat animasi wayang (aniwayang) ‘Desa Timun’.

Melalui inovasi animasi tersebut, lulusan DKV ITB itu berusaha menghadirkan cerita rakyat yang lebih bermakna.

Perjalanan lahirnya animasi wayang cukup panjang. Daud mengakui sempat galau antara ingin menjadi ilustrator atau animator karena semuanya tidak mudah.

Dia juga sempat bekerja sebagai seorang storyboardist untuk beberapa perusahaan di Malaysia dan China sebelumnya. Namun justru dari situlah dia mendapat ide dan ilmu untuk membuat animasi wayang dengan cerita yang baik.

“Saya terbatas dalam menggambar animasi, tapi saya expert dalam hal storyboarding dan storytelling. Jadi di balik seluruh keterbatasan yang saya miliki, saya jadikan itu sebuah kekuatan dengan membuat sesuatu yang berbeda,” ungkapnya dalam wawancara via Zoom, Selasa (17/12).

| Baca Juga: Kisah Haru di Balik Video Game ‘Grandma’ Buatan Zhou Yichen

Dia menyadari bahwa membuat animasi dengan kualitas seperti Disney dan Pixar membutuhkan pengalaman dan kemampuan besar. Hal tersebutlah yang membuatnya memilih sesuatu yang akrab dengan dirinya dan masyarakat Indonesia.

“Menurut saya, itu (wayang) kan juga bentuk animasi. Kenapa nggak saya angkat saja itu menjadi animasi khas Indonesia? Jadi akhirnya saya menemukan suatu metode atau teknik yang terbaik dalam animasi. Memang sesuatu yang berbeda, bukan yang mainstream, bukan yang ada di benak kebanyakan orang,” jelasnya.

Tidak hanya itu, ide membuat animasi wayang juga muncul dari kartun ‘Peppa Pig’. Menurutnya, kesederhanaan animasi asal Inggris itu seharusnya juga bisa dibuat oleh pemuda Indonesia.

“Karena animasinya sangat sederhana, lucu, dan menarik seperti wayang. Jadi saya geregetan. Kenapa animasi seperti wayang ini ada di sana? Seharusnya di Indonesia juga punya wayang yang lucu untuk anak-anak,” jelasnya.

Daud juga ingin anak-anak mengenal budaya tradisi Indonesia yang sudah mulai terpinggirkan seiring dengan berkembangnya zaman.

“Saya ingin mulai ada jembatan supaya anak-anak mengenal lagi budaya tradisional. Akhirnya kami mengemas ulang budaya itu dengan keimutan karena itu memiliki daya tarik yang sangat tinggi dan sudah digunakan di mana-mana,” terangnya.

Tags:

Leave a Reply