By: Naomi Nilawati
7 June 2024

Tasya Kamila merupakan salah satu publik figur yang memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan. Tasya sudah lama memiliki fokus untuk selalu menjaga dan mencintai lingkungan.

Bahkan ia sudah mulai mengajarkan dan berdiskusi dengan putra pertamanya, Arrasya Wardhana Bachtiar, mengenai lingkungan.

“Kini Rasya usianya sudah lima tahun yang sedang pada masa banyak bertanya. Lalu dia nanti bercerita, terus nanti kita bisa akhirnya diskusi buka conversation soal menjaga lingkungan. Ya itu dari pengalaman-pengalaman kecil yang kita berikan ke anak,” tutur pemilik nama lengkap Shafa Tasya Kamila itu.

| Baca Juga: Pejuang LDR, Tasya Kamila Jaga Bonding Ayah dan Anaknya

Tasya mengaku telah mengajak anaknya untuk mencintai lingkungan. Hal itu ia mulai dengan memberitahu anaknya tentang alam. Seperti kehidupan semuanya bersumber dari alam.

“Ya dimulai dari ngajak, memang agak dilema ya zaman sekarang ya. Mau ngajak main outdoor nanti polusi, terus nanti anaknya sakit. Tapi sebisa mungkin memang dikenalkan sih ke alam bahwa apa yang kita makan, apa yang kita konsumsi, kehidupan kita itu tuh bersumber dari alam. Alam sudah memberi kehidupan untuk kita, kita juga harus bisa memberi kehidupan untuk alam supaya kita bisa hidup secara berkelanjutan,” ujar Tasya Kamila di sela-sela acara Peluncuran Produk Bio Material Unicharm, di kawasan Senayan Jakarta, beberapa waktu lalu.

Kemudian ia mengajarkan bagaimana menjaganya dari hal-hal kecil yang dilakukan setiap hari. Tasyapun mempraktikkan bagaimana ia mencintai lingkungan dengan terbiasa memilah sampah di rumah.

“Jadi dari rumah ya dari praktik sehari-hari sih, anak juga butuh ngelihat langsung sih konkretnya kayak gimana dan menjadikan itu sebagai habit. Itu sih yang terpenting ya, kita nggak bisa cuma woro-woro doang. Tapi ya jadikan aja itu sebagai habit gitu untuk pemilahan sampah,” kata perempuan kelahiran Jakarta, 22 November 1992 itu.

| Baca Juga: Jadi Duta Kipas! Ini Alasan Anak Tasya Kamila Hobby Koleksi Kipas Angin

Hal itu dilakukan karena kegelisahannya melihat sampah di Indonesia masih menjadi perbincangan. Terlebih, Indonesia masih menjadi negara penyumbang sampah terbesar.

“Bagaimana caranya kita bisa mengurangi dampak-dampak lingkungan, mencari solusi-solusi untuk kita bisa lebih ramah lingkungan lagi. Itu juga yang aku lakukan, dan itu dimulai dari rumah sendiri,” ujar pemilik Yayasan Perduli Lingkungan Indonesia itu.

Tasya mengatakan bila ia memang mulai mengurangi sampah plastik di rumahnya. “Seperti mengurangi penggunaan botol plastik dan menggantinya dengan tumbler, atau membawa totebag ketika berbelanja, menggunakan sedotan bukan plastik. Sampah, tidak terkecuali sampah plastik, sebagaimana diketahui telah menjadi masalah bersama. Juga bagaimana plastik dibuat, dengan bahan dasar minyak bumi, menghasilkan karbon yang tinggi,” tuturnya.

Tags:

Leave a Reply