By: Nadhirul
6 August 2021

Terpapar Covid memang mengerikan, apalagi kalau punya komorbid. Sebab virus Covid varian Delta Plus yang saat ini sedang mengganas, tidak pandang usia. Juga tidak hanya ‘menyukai’ yang tubuhnya sarat penyakit-penyakit komorbid. Tetapi juga yang tubuhnya fit, sehat, kuat dan masih muda.

dokter nalendra program be happy rumah sakit lapangan indrapura surabaya
Pimpinan RS Lapangan KOGABWILHAN II Indrapura (RSLI), Surabaya, Laksma TNI dr. IDG Nalendra Djaya Iswara, Sp.B., Sp.BTKV (K). Foto: Nany Widjaja

Tetapi itu bukan alasan untuk bersedih, apalagi cemas yang berlebihan. “Karena cemas, murung dan sedih itu malah bikin imunitas tambah turun. Sehingga proses penyembuhannya jadi lebih lambat,” jelas pimpinan RS Lapangan KOGABWILHAN II Indrapura (RSLI), Surabaya, Laksma TNI dr. IDG Nalendra Djaya Iswara, Sp.B., Sp.BTKV (K) kepada Nyata, Kamis (05/08) kemarin.

Jumlahnya Banyak

Memperkuat pendapat itu, Mayor Laut (K/W) dr. Ni Kadek Ratnadewi, M.Biomed, yang spesialis penyakit jiwa (SpKJ) mengatakan,”Dari data pasien yang dirawat di sini, sekitar  20 persen mengalami kecemasan.”

dokter-kadek-psikiater
Dokter spesialis kejiwaan, Mayor Laut (K/W) dr. Ni Kadek Ratnadewi, M.Biomed, Sp. KJ. Foto: Dok. Pri

Baca juga: Guru Besar Farmasi Unair: Eucalyptus tak Bisa Membunuh Semua Virus!

Kecemasan para pasien tersebut, menurut penganggung jawab bidang kejiwaan pasien-pasien RSLI itu, “Selain stres karena Covid-19, juga dipicu oleh tekanan psikologis dari faktor-faktor sosial seperti stigma sebagian masyarakat yang menganggap Covid-19 sebagai aib. Ditambah dengan masalah finansial keluarga yang pasti berkurang karena sakitnya itu, dan pandemi ini.”

“Jadi beban psikologis mereka double. Stres karena kena Covid, takut dikucilkan keluarga dan tetangga, ditambah kekhawatiran kehilangan pekerjaan sebagai dampak luas dari pandemi ini,” lanjut dokter Universitas Udayana Bali, tahun 2002 itu.

Program Be Happy

Untuk mengurangi kecemasan pasien, sekaligus menekan masa perawatan, RS Lapangan Indrapura menerapkan program ‘Be Happy’. Program tersebut diterapkan RSLI sejak didirikan pada 2 Juni 2020 lalu.

Dengan program itu, pasien tidak hanya diperhatikan kondisi fisiknya tetapi juga psikisnya. “Selama masa karantina, semua pasien pasti stres. Jadi kita melakukan beberapa kegiatan rekreasi mental. Intinya menghibur dan menyenangkan pasien. Intinya pasien jadi lebih refresh begitu,” ujar perempuan kelahiran Tabanan, Bali itu.

Tags:

Leave a Reply