“Saya tetap membuat rancangan 2 dimensinya terlebih dahulu, lalu dituangkan ke gambar 3 dimensi, memilih garmen yang cocok, diterapkan di proses penjahitan, hingga saat digunakan harus sesuai apa yang saya bayangkan,” ujarnya.
Clavelly juga menyampaikan kekagumannya terhadap kreativitas lokal Indonesia setelah seminggu menjelajahi Yogyakarta dan bertemu dengan para desainer muda. “Saya sangat tertarik dengan apa yang saya lihat di sini. Karya desainer muda Indonesia, tekstur-tekstur yang unik, serta suasana atelier di Yogyakarta sangat menginspirasi saya. Ini membuka visi baru dalam proses kreatif saya,” katanya.
| Baca Juga: Menawan, Gaya Para Selebriti Indonesia di Hari Kebaya Nasional
Di sisi lain, LAKON Indonesia tampil dengan koleksi ‘URUB’, sebuah dedikasi terhadap semangat pengorbanan dan nilai-nilai luhur yang diwariskan nenek moyang. Mengangkat filosofi Jawa “Urip iku urub” (hidup itu menyala), koleksi ini menjadi refleksi altruisme dan cinta ibu yang universal.
“Ini merupakan sebuah dedikasi yang lahir dari semangat semesta. Kami mungkin belum bisa menjadi seperti seorang ibu, tetapi melalui kolaborasi dengan para perajin, kami ingin menyalakan cahaya bagi ekosistem budaya kain tradisional di Indonesia,” ujar Thresia Mareta, Pendiri LAKON Indonesia.
Setiap helai kain dalam koleksi ini adalah hasil kolaborasi dengan para pengrajin batik lokal, mewakili pengorbanan, keindahan, dan kearifan lokal. Dalam narasinya, URUB tidak hanya menjadi busana, melainkan juga simbol kehidupan, penciptaan, dan harapan.
“Urub adalah nyala besar yang kami harap dapat menerangi. Di dalamnya, ada kisah para pengrajin batik, pengorbanan dan seni mereka yang tak terukur nilainya,” kata Thresia.
| Baca Juga: Alasan Vino G Bastian Mulai Rutin Perawatan Kulit Wajah
Kolaborasi antara Victor Clavelly dan LAKON Indonesia tidak hanya menghadirkan karya visual yang memikat, tetapi juga membuka ruang dialog kreatif antara dua budaya. Dalam tema besar JF3 tahun ini, Recrafted: A New Vision, keduanya menegaskan pentingnya integrasi nilai-nilai lokal dalam narasi global mode.
“Saya merasa senang bisa membawa Paris ke sini, tapi juga membawa pulang banyak hal dari Indonesia. Ini semacam dialog kreatif,” tutur Victor.
JF3 Fashion Festival 2025 tidak hanya merayakan estetika, tetapi juga mempertemukan gagasan, nilai, dan visi masa depan. Les Fragments dan URUB menjadi bukti bahwa mode bisa menjadi jembatan lintas dunia, menyatukan imajinasi dan akar budaya dalam satu panggung yang menyala. (*/ADV)
Tags:Fashion Futuristik Fashion Tradisional JF3 2025 JF3 Fashion Festival Les Fragments URUB