Kolaborasi lintas budaya yang unik dan penuh makna kembali ditampilkan dalam ajang JF3 Fashion Festival 2025. Dua dunia fashion berbeda, futuristik dan tradisional, bertemu dalam kolaborasi antara Victor Clavelly, desainer asal Paris, dan LAKON Indonesia yang dipimpin Thresia Mareta.

Dua koleksi yang ditampilkan, ‘Les Fragments’ dan ‘URUB’, membawa pesan mendalam tentang identitas, pengorbanan, dan imajinasi masa depan.

Victor Clavelly menghadirkan koleksi bertajuk Les Fragments’, yang sebelumnya diluncurkan di Paris pada ajang Men’s Fashion Week. Koleksi ini menggambarkan dunia pasca-antroposen, di mana tubuh manusia berevolusi menjadi bentuk hibrida, separuh organik, separuh artifisial.

Setiap busana memadukan teknologi seperti pencetakan 3D, chainmail modular, dan denim rekonstruksi yang dikerjakan langsung di studionya di Paris.

| Baca Juga: Melampaui Batas Mode: Ekspresi Lintas Budaya di Panggung JF3 2025

“Setelah berkolaborasi dengan Rick Owens dan Katy Perry, saya telah membangun dunia yang memadukan siluet patung, pencetakan 3D, dan penceritaan melalui pakaian. Karya saya mengeksplorasi tema anatomi, identitas, dan ingatan yang terfragmentasi,” kata Victor di Summarecon Mall Serpong pada Rabu (30/7).

Ia mengatakan, “Saya sangat senang dapat mempersembahkan karya saya untuk pertama kalinya di Asia, di Pintu Fashion Week di Jakarta. Karya saya mengeksplorasi tema anatomi, identitas, dan ingatan yang terfragmentasi, dan saya bersemangat untuk membuka dialog ini dengan khalayak baru di Jakarta.”

Futuristik dan tradisional dalam panggung JF3 Fashion Festival 2025. (Foto: Dok. Pri)

Futuristik dan tradisional dalam panggung JF3 Fashion Festival 2025. (Foto: Dok. Pri)

Dalam peragaan tersebut, busana-busana Clavelly tampil bagaikan potongan cerita dari dunia fiksi ilmiah. Salah satu item yang mencuri perhatian adalah 3D Printing Chain Lace, di mana renda berbentuk rantai menggantung layaknya jembatan, menghasilkan kesan visual yang dramatis namun tetap wearable.

“Saya sedang mengembangkan sebuah dunia fiksi, seperti dalam permainan video atau film. Koleksi ini menggambarkan cerita tentang seseorang yang tinggal di rumah tersembunyi di gunung dan mendapat kunjungan tak terduga. Semuanya simbolik dan personal,” jelas Victor.

| Baca Juga: Karakter Imajinatif Menyatu dalam Fashion Anak Versi Martcellia Liunic

Meski sarat teknologi, Clavelly tetap menegaskan pentingnya sentuhan manusia dalam proses desain. Ia menegaskan karya seorang desainer akan bersifat personal dan tidak akan bisa digantikan oleh AI. Apalagi, desainer biasanya dalam mendesain baju mencurahkan ide, pengalaman, hingga imajinasinya dalam busana yang ia rancang.

Tags:

Leave a Reply