By: Yanuarika
30 October 2025

Tidak seperti kebanyakan anak berprestasi, Samuel Anderson Lee tidak pernah ikut les formal. Semua pembelajaran dilakukan di rumah, dibimbing langsung oleh kedua orangtuanya, Winda dan Andi Soemarli.

Andi, sang ayah, bukan sembarang orang. Dia insinyur sekaligus pendidik profesional yang kini menjadi salah satu petinggi di Ruangguru. Di balik layar, dia pernah menggagas program edukatif seperti Clash of Champions dan Academy of Champions.

Sebagai ayah sekaligus guru, Andi tahu benar bahwa cara mengenalkan matematika pada anak harus menyenangkan. ”Saya nggak mau Samuel hanya dijejali angka. Jadi saya buat pembelajarannya lewat permainan. Seperti berhitung sambil main tangga, naik turun kursi, atau pakai benda konkret,” jelasnya.

| Baca Juga: Kerja Padat Tapi Tetap Sehat, Ini 10 Olahraga Ringan di Sela Jam Kantor

Ia menyebut metode itu sebagai bentuk gamifikasi dalam pembelajaran. ”Anak-anak punya rasa ingin tahu besar. Kalau belajarnya seperti bermain, mereka akan terus semangat. Itu kuncinya.”

Bantu Teman

Rasa ingin tahu Samuel yang begitu besar sering kali membuat orangtuanya kewalahan. Ia tak pernah berhenti bertanya. ”Setelah 10 berapa, dad? Setelah triliun apa?” kenang Andi sambil tertawa.

Saking penasarannya, Andi sempat tak bisa menjawab. Ia pun sampai mencari tahu ke internet tentang bilangan besar yang disebut googol, angka 10 pangkat 100. ”Dia langsung senang banget pas tahu ada angka sebesar itu,” ujarnya.

Kemampuan berhitung Samuel kini menjadi kebanggaan sekolahnya, SDK BPK Penabur Bandung. Nilai matematikanya selalu sempurna, 100. Bahkan belakangan, karena selalu selesai lebih cepat, gurunya sering memintanya membantu teman-teman yang kesulitan.

Kini Samuel yang telah menyelesaikan tugasnya sering berkeliling membantu teman-temannya. ”Daripada nganggur, bantu ajarin teman ya,” ujar Andi menirukan pesan guru Samuel.

Baca kisah selengkapnya di Tabloid Nyata Edisi 2830, Minggu ke V, Oktober 2025

Tags:

Leave a Reply