By: Kontributor
29 October 2023

Lestarikan Wastra

Foto: Dok. Ist

Wastra Nusantara menjadi highlight utama gelaran mode tersebut. Jadi, di setiap slot fashion show, dihadirkan berbagai macam wastra Nusantara mulai dari batik, tenun, hingga songket.

Peragaan busana IN2MF yang digelar menghadirkan rancangan-rancangan busana dari 176 desainer Indonesia dan 10 desainer internasional yang mengangkat kearifan lokal guna mengembangkan fesyen berbasis wastra.

Dalam parade fashion opening ceremony ditampilkan fashion show bertema The Future Modest Fashion yang menunjukkan berbagai koleksi hasil kolaborasi antara beberapa kantor cabang Bank Indonesia di sejumlah daerah dengan beberapa desainer modest fesyen ternama. Koleksi yang ditampilkan merupakan perpaduan modest fesyen modern dengan wastra berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Banten hingga Papua.

|Baca Juga: Ada yang Baru di Ajang Jakarta Fashion & Food Festival 2019

Para desainer tersebut diantaranya Rifdatul Khoiro, Luvnic by Luffi, Kasuari Batik, Haluan Bali, Puta Dino Kayangan, Dewi Sambi by Uthie Mintiarto, Riki Damanik, Ozzy Batik dengan , dan Hilman Samudera. Desainer-desainer tersebut berkolaborasi dengan Dewan Industri Kreatif Syariah (IKRA) Indonesia yaitu Ali Charisma, Itang Yunasz, dan Wignyo Rahadi.

Saat opening show tersebut, Haluan Bali mengangkat tema Titik Bali(K) yang diambil berdasarkan sebuah cerita dimana seyogyanya Perempuan kembali menjadi feminim dengan balutan Kain wastra, dengan tujuan untuk tetap melestarikan budaya Indonesia yang ke-Timur-an.

“Gambar yang ada di kain terlihat dari jauh seperti sebuah Titik, padahal jika dilihat dari dekat, adalah gambar-gambar dari keindahan Bali yang sering dijumpai di lembaran kain, yaitu corak pada kain Endek, Gringsing dan Prada. Desain yang ditampilkan adalah Daily Wear dengan tema senja, dimana Bali indah saat matahari terbenam,” ujar desainer Haluan Bali.

Sementara kasuari Batik mengusung tema Papua Syret Style dengan mengangkat wastra Batik Papua. Secara keseluruhan, koleksi ini memberikan kesan trendy, kekinian/modern dan fashionable. Seperti rok batik high waist dengan belt, short dan long coat kombinasi batik, long vest yang diikat di bagian samping. Koleksi outfit ini terbuat dari Batik Tulis Papua dengan motif Rumah Kaki Seribu,Tameng Papua, Tifa Papua dan berbagai ukiran papua. Aksen pleats dan lengan puff menambah kesan feminim dan kekinian bagi pemakainya.

Koleksi ini diharapkan mampu menarik minat generasi muda untuk menggunakan batik papua sebagai busana street style mereka, yang dikemas dengan desain yang lebih kekinian atau modern.

“Tidak seperti daerah Jawa dan sekitarnya, Fashion di Daerah Papua Barat masih sangat tertinggal. Banyak anak-anak muda di daerah memandang batik yang selalu diidentikkan dengan kain tradisional yang hanya digunakan untuk acara formal dan terkesan kuno. Minimnya industri fashion di daerah Papua Barat membuat generasi muda jarang menggunakan batik papua sebagai busana street style mereka. Mereka cenderung membeli baju fast fashion yang tidak berbahan wastra yang seharusnya perlu dilestarikan oleh generasi penerus,” kata Desiriani, desainer Kasuari Batik.

Tags:

Leave a Reply