By: Agnes
29 October 2025

NYATA MEDIA — Selama ini, kanker payudara selalu dianggap sebagai penyakit yang hanya menyerang perempuan. Namun faktanya, laki-laki pun bisa mengalaminya, meski kasusnya terbilang langka.

Kondisi ini sering kali berakibat fatal karena banyak pasien pria baru menyadarinya saat kanker sudah berada di stadium lanjut.

Hal itu diungkapkan oleh DR. dr. Andhika Rahman, SpPD-KHOM, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Hematologi Onkologi Medik dari MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, dalam diskusi kesehatan bertajuk Forum Ngobras: Pendekatan Multidisiplin dalam Perawatan Kanker Payudara di Stadium Lanjut, Selasa (28/10/2025).

“Sekali lagi, perlu dicatat bahwa laki-laki juga bisa kena kanker payudara. Tapi karena mereka tidak punya jaringan payudara seperti perempuan, yang ada hanya otot, maka jika kanker menyerang, penyebarannya jauh lebih cepat dan berbahaya,” jelas dr. Andhika.

| Baca Juga: Jessie J Frustasi: Operasi Kanker Payudara Ditunda, Tur Terlanjur Batal

Ia menjelaskan, kasus kanker payudara pada laki-laki memang sangat jarang, hanya sekitar satu dari 100 ribu kasus. Namun karena anatomi dada laki-laki didominasi otot dan minim jaringan lemak, maka kanker mudah menembus hingga ke organ di belakang dada.

Akibatnya, mayoritas pasien laki-laki hanya mampu bertahan enam hingga sembilan bulan setelah diagnosis.

“Sudah dicoba dengan terapi hormon, tapi hasilnya kurang optimal karena karakteristiknya berbeda dari payudara perempuan. Inilah kenapa penelitian lebih lanjut tentang kanker payudara pada laki-laki sangat dibutuhkan,” tambahnya.

Dokter Andhika menambahkan, pemeriksaan kanker payudara kini juga melibatkan teknologi canggih seperti PET Scan (Positron Emission Tomography), yang menggabungkan sistem tomografi dan CT scan.

| Baca Juga: Jangan Tunggu Ada Benjolan! Fakta Mengejutkan Kanker Payudara dan Mammografi

Pemeriksaan ini mampu melihat aktivitas metabolisme tubuh secara detail untuk membedakan jaringan normal dan jaringan ganas. Pemeriksaan dilakukan dalam tiga tahap: skrining awal, diagnosa lanjutan, dan evaluasi terapi.

“PET Scan memungkinkan kita melihat bagaimana metabolisme sel berjalan. Kalau ada jaringan yang patologis atau ganas, aktivitas metabolisme akan meningkat sangat tinggi,” jelas dr. Andhika.

Senada dengan dr. Andhika, dr. Nina I.S.H. Supit, Sp.Rad PRP (K), Kepala Departemen Radiologi MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, mengingatkan bahwa deteksi dini bisa dilakukan oleh siapa pun, termasuk laki-laki.

Pemeriksaan sederhana seperti USG bisa menjadi langkah awal untuk mengenali struktur area dada. Bila ditemukan kelainan, pemeriksaan lanjutan dengan mammografi dapat dilakukan untuk melihat detail sel kanker.

“Memang jarang, tapi bukan berarti tidak ada. Pemeriksaan bisa dilakukan dengan USG maupun mammografi Mammomat B.brilliant yang memungkinkan deteksi sekecil 0,2 milimeter hanya dalam waktu lima detik dengan radiasi rendah,” jelas dr. Nina.

| Baca Juga: Azizah Salsha Lagi-lagi Keciduk Bareng Mantan Anya Geraldine, Dibela Andre Rosiade

Kanker Jadi Beban Sosial dan Ekonomi

Kanker payudara bukan hanya persoalan kesehatan, tapi juga menyangkut aspek sosial dan ekonomi. Pasien kehilangan produktivitas, keluarga terbebani biaya pengobatan, dan tekanan psikologis sering kali memperburuk kondisi.

Menurut Dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI, masih banyak pasien yang datang ke rumah sakit saat kanker sudah menyebar luas.

“Sebagian besar pasien datang dalam kondisi stadium lanjut. Ketika kanker sudah menyebar, tingkat keberhasilan pengobatan menurun drastis,” ujarnya.

| Baca Juga: Chris Evans dan Alba Baptista Sambut Kelahiran Anak Pertama

Keterlambatan deteksi menjadi tantangan utama. Saat ini, dari sekitar 3.000 rumah sakit di Indonesia, hanya sekitar 200 yang memiliki alat mammografi.

Pemerintah pun menargetkan agar setiap rumah sakit provinsi memiliki alat tersebut dan terus mengampanyekan pentingnya SADARI (Periksa Payudara Sendiri) dan SADANIS (Pemeriksaan Payudara Klinis).

“Kami ingin masyarakat lebih sadar pentingnya deteksi dini. Bulan Oktober ini menjadi momentum bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap kanker, baik perempuan maupun laki-laki,” kata dr. Siti Nadia, menegaskan komitmen Kemenkes di Bulan Peduli Kanker. (*)

Jangan ketinggalan berita terbaru dan kisah menarik lainnya! Ikuti @Nyata_Media di InstagramTikTok, dan YouTube untuk update tercepat dan konten eksklusif setiap hari.

Tags:

Leave a Reply