“Jadi bisa start di usia 7 atau 8 tahun. Sebaiknya orang tua juga mendukung dengan memberikan penamping berupa coach yang ahli sehingga anak lebih terarah dan berkualitas, ” papar Jowi.
“Golf sebenarnya bukan hanya tentang memukul bola. Posisi saat lengan, paha saat memukul juga harus diperhatikan, jadi sebenarnya saat golf semua tubuh ikut bergerak,” imbuhnya.
Golf bisa membantu anak lebih fokus pada tujuannya, memecahkan konflik dalam diri, mengembangkan kemampuan diri dan kekuatan mental.
“Dari situ kemudian biasa mengarahkan anak untuk mengikuti turnamen. Karena dengan begitu tidak saja melatih skill tapi mental juga. Itu yang sulit dicari harus based on experience lewat berbagai turnamen,” terangnya lagi.
| Baca Juga: Dituduh Hamil di Luar Nikah, Aaliyah Massaid Polisikan 3 Akun Penyebar Hoaks
Jowi menceritakan dirinya mulai mengenal olahraga golf sejak berusia 4 tahun. Setelah itu, dirinya rutin bermain dan mengikuti kompetisi golf baik di Indonesia maupun luar negeri.
“Dari kecil memang suka olahraga, main beberapa olah raga seperti basket, futsal, sepak bola, tenis, golf juga termasuk. Yang penting ada bolanya, itu saya mainin semua,” kenang Jowi.
Lalu saat berusia 12 tahun, Jowi memutuskan untuk menjadi pegolf profesional. Untuk sampai di titik ini memang butuh kerja keras. Beruntung kedua orang tua mendukung sebab melihat banyak sisi positif olah raga ini pada anak.
“Harus banyak practice dari kecil sih, waktu banyak dihabiskan di lapangan. Pulang sekolah jam 3 atau setengah 4 gitu, pulang sekolah bentar ganti baju terus ke latihan sampai malam. Besok pagi sekolah lagi ya seperti itu terus rutinitasnya,” paparnya. (*)
Tags:Golf Jonathan Wijono Pegolf profesional Pegolf Surabaya Pemain Golf