Koleksi itu mencerminkan perjalanan visual dan emosional tentang hadir dan menghilangnya identitas serta tren. Kain transparan, cetakan buram, dan potongan asimetris menjadi bahasa visual dari sesuatu yang perlahan memudar namun tetap meninggalkan kesan. “Saya banyak bereksperimen dengan ruang kosong dalam desain. Bagi saya, ketiadaan juga bisa bercerita,” tambahnya.

Lainnya, Baek Juhee, desainer di balik label REONVE, menghadirkan koleksi bertajuk Whispers of Heritage, yang memadukan keanggunan hanbok tradisional dengan siluet kontemporer yang anggun dan fungsional.

Mengusung tekstur alami, quilting, patchwork, dan bordir tiga dimensi, koleksi Baek Juhee menampilkan reinterpretasi elemen hanbok seperti kerah git, lengan baerae, dan lipatan aek-jureum. Motif bordir terinspirasi dari minhwa, seni lukis rakyat Korea, yang digarap secara handmade oleh pengrajin lokal.

Adapun Choi Chung-hoon hadir dengan koleksi bertajuk ‘Rekonstruksi Memori’. Koleksinya bermotif etnik berwarna emas dan merah berpadu dengan siluet modern yang mencerminkan vitalitas dan warisan budaya.

Choi mengerjakan semua motif cetak secara manual, termasuk mengambil inspirasi dari motif batik Indonesia. “Saya sangat tertarik pada motif, karena saya menggambarnya sendiri. Ada motif batik di Indonesia, sangat indah,” katanya. (*)

Tags:

Leave a Reply