By: Farah Yumna
28 May 2025

”Dari situ saya langsung riset dan mencari referensi-referensi tentang Sumitro. Salah satunya dari buku yang ditulis sendiri oleh ayah Pak Sumitro, yaitu Pak Margono Djojohadikusumo tahun 1969. Ada juga beberapa buku lain yang berbahasa Inggris,” tuturnya.

Bukan hanya dengan menulis buku, Ardianta juga melakukan hal lain. Yaitu membuat monumen Sumitro di lokasi yang diyakini pernah didiami keluarga besar Sumitro.

Monumen Sumitro. Foto: Dok. Ade/Nyata

Monumen Sumitro. Foto: Dok. Ade/Nyata

”Monumen itu sebagai legacy, sementara buku ini untuk akademisi. Karena tujuan akhirnya adalah membawa Sumitro Djojohadikusumo itu sebagai Pahlawan Nasional, yang itu dari Kebumen. Sementara proses menuju ke sana itu kan panjang dan dari banyak aspek,” imbuhnya.

| Baca Juga : Road to Recovery Surabaya, Sahabat Setia Para Penyintas Kanker Payudara

Buku Kebumen Kota yang Kehilangan Pahlawannya itu menjadi buku pertama Ardianta. Dirilis pada 2 Mei lalu.

Bulan Mei dipilih karena di bulan itulah Sumitro lahir. ”Jadi tanggal 29 Mei ini adalah peringatan ke 108 Sumitro. Jadi ini juga menjadi semacam hadiah untuk ulang tahun beliau,” imbuhnya.

”Iya ini tulisan saya berbentuk buku yang pertama, yang didaftarkan hak ciptanya. Kalau yang lain-lainnya kan seperti skripsi, thesis dan desertasi,” katanya lagi.

Kini menjabat sebagai Komandan Distrik Militer (Dandim) 0709 Kebumen, Letkol Czi Ardianta Purwandhana memiliki perjalanan karier yang panjang dan menarik.

”Hanya saja ketika SMP, saya sudah bercita-cita jadi menteri. Saya tanya ke guru saya, di mana ya sekolah untuk jadi menteri. Guru saya bilang, cara termudah jadi menteri ya harus  lewat AKABRI,” kisahnya. (*/ade)

Kisah selengkapnya baca di Tabloid Nyata Cetak edisi 2808, Minggu ke I, Juni 2025.

Tags:

Leave a Reply