“Tidak seperti semua orang berada di rumah yang sama pada waktu yang sama, jadi Anda memiliki ayah yang tidak tahu di mana anak-anak mereka, ibu yang tidak tahu di mana suami mereka, itu kacau,” katanya kepada Reuters melalui telepon.
Warga yang hanya mengandalkan sekop dan tangan tampak terus berusaha mencari keluarga atau rekannya yang telah tertimbun oleh hamparan tanah. Mereka terus menggali dan seakan tidak peduli akan bahaya yang mungkin terjadi.
Diketahui sebelumnya, bencana longsor telah menimpa Provinsi Enga Jumat (24/05) dini hari. Dalam bencana tersebut, 2.000 orang terkubur hidup-hidup dan menelan lebih dari ratusan korban jiwa.
| Baca Juga: 14 Warga Jadi Korban Banjir dan Longsor di Sulsel
Tim bantuan juga telah dikerahkan demi menyelamatkan korban yang tertimbun, sulitnya akses menuju lokasi terjadinya longsor menjadi hambatan dan rintangan yang harus dilalui oleh tim bantuan.
Ketua Komite Bencana Provinsi Enga, Sandis Tsaka mengatakan bahwa daerah longsor sangat tidak stabil dan longsor kemungkinan masih aktif.
“Daerah longsor sangat tidak stabil. Ketika kami berada di sana, kami sering mendengar ledakan besar di tempat gunung itu berada, masih ada bebatuan dan puing-puing yang berjatuhan,” kata ketua komite bencana provinsi Enga, Sandis Tsaka seperti dikutip dari Reuters.
“Longsor masih aktif, karena orang-orang menggali bebatuan, masih banyak lagi yang turun,” sambungnya.
Keadaan darurat tersebut juga telah diumumkan ke seluruh wilayah bencana dan daerah sekitarnya, dengan total keseluruhan mencapai 4.500 hingga 8.000 jiwa, Tsaka mengatakan bahwa pemerintah belum memerintahkan semua orang untuk mengungsi. (*)
Tags:Duka Papua Nugini Kabar Longsor Hari Ini Longsor Papua Nugini Papua Nugini Longsor