By: Naomi Nilawati
28 January 2025

Mereka juga merasa perlu untuk menumbangkan anggapan bahwa mengurus anak hanya tugas perempuan.

”Di Indonesia ini masih seperti itu. Ketika laki-laki mau membantu, dikit-dikit dibilang salah, jangan dan sebagainya. Jadi patah deh semangatnya. Belum lagi omongan mertua, kalau suami jangan dikasih pegang anak. Banyak lah polemik itu di Indonesia,” jelas Sogi lagi.

Meski punya mimpi dan harapan, pada awalnya mereka hanya ingin berkampanye tentang ASI, bukan membuat komunitas. Namun mereka juga bingung, kira-kira kampanye apa yang bisa diberikan agar menarik para ayah.

Akhirnya Shafiq Pontoh, punya ide menuliskan cerita-cerita mereka mendukung sang istri ketika menyusui.

”Cita-citanya mau bikin buku tentang ASI, tapi yang nulis laki-laki. Masing-masing menulis sebuah chapter di dalam buku Catatan Ayah ASI itu. Kisah pribadi bagaimana mereka memberikan support pada istri yang sedang menyusui,” kata Sogi.

”Memberikan info-info khas media laki-laki, style laki-laki. Kebetulan mereka juga punya pengalaman seputar ASI yang harus dibagikan kepada ayah-ayah lainnya. Ada pula pengalaman buruk yang semoga nggak diulangi ayah lainnya dan pengalaman baik yang bisa menginspirasi,” lanjut Sogi.

| Baca Juga: Budidaya Ular, Peternak Sidoarjo Ini Bisa Beli Sepeda hingga Rumah

Tapi ketika buku itu hendak dicetak, penerbit mempertanyakan. ”Kayak, lo siapa? Lo bukan artis, bukan pakar, Cuma ayah biasa tapi nulis soal ASI dan menyusui,” kata Rahmat. Akhirnya rencana itu tertunda. Apalagi tahun 2011, buku parenting, penjualannya juga tidak bagus.

Mereka pun sadar. Kalau pun nekat menerbitkan, siapa juga pembelinya. Akhirnya mereka membuat akun Twitter @ID-AyahASI. Di situ mereka memberikan info tentang ASI dan mengajak followers, jika ada yang mau bertanya. ”Bicara payudara ya payudara saja. Pokoknya khas lelaki,” tutur Sogi.

Kisah selengkapnya baca di Tabloid Nyata Cetak edisi 2791, Minggu ke III, Januari 2025.

Tags:

Leave a Reply