Jourdy yang berperan sebagai tokoh utama pria mengatakan, film ‘Jodoh 3 Bujang’ mengubah persepsinya tentang budaya.
“Khususnya soal budaya panai itu. Awalnya aku sempat skeptis, kenapa ketika dua orang yang jatuh cinta dan ingin menikah harus dihantam dengan nominal,” ujarnya.
“Tapi ketika kami para cast belajar lebih dalam lagi soal budayanya, ternyata dari akarnya itu budaya itu dibuat bukan untuk mempersulit, justru orang tua itu ingin melindungi anak-anaknya dari calon suami yang tidak serius,” lanjutnya.
Namun, seiring perkembangan zaman, uang panai itu seolah berubah maknanya. Bukan lagi menjadi ‘pelindung’ tapi justru menjadi ajang flexing.
| Baca Juga : Film Debut Sutradara Jeropoint, ‘Jalan Pulang’ Tembus 1 Juta Penonton
Maizura, dari perannya sebagai karakter calon istri Fadly bernama Nisa, belajar pentingnya mengambil keputusan sesuai kata hati.
“Karena keputusan yang kita ambil hari ini, bisa menentukan kehidupan kita di suatu hari nanti akan bahagia atau justru penuh dengan penyesalan dan kesedihan,” tuturnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Aisha Nurra Datau yang membahas pentingnya komunikasi antara anak dengan orangtua. Meski terkadang, orangtua tidak bisa memahami pandangan anak, tapi tetap harus ada usaha untuk membuat mereka mengerti
“Aku belajar komunikasi dan berani maju, itu bukan sesuatu yang semua orang punya. Alangkah pentingnya kita sebagai anak atau anggota keluarga bersuara dan berusaha membuat mereka mengerti. Karena itu mau gimana pun harus ditanamkan bahwa itu hidup kita,” ucapnya.(*)
Tags:Aisha Nurra Datau Arfan Sabran Barbie Arzetta Jodoh 3 Bujang Jourdy Pranata Maizura Pemeran Jodoh 3 Bujang Sinopsis Jodoh 3 Bujang Sutradara Jodoh 3 Bujang