By: Bayu
25 April 2025

Sebuah kawasan tambang yang diselimuti mitos dan hilangnya seorang suami menjadi benang merah dalam film terbaru garapan Eden Junjung berjudul ‘Angkara Murka’.

Namun, horor dalam film itu tak hanya hadir lewat kengerian supernatural, melainkan juga soal eksploitasi alam dan ketakutan yang ditanamkan secara turun-temurun.

Mengangkat cerita tentang Ambar, seorang istri yang berjuang mencari suaminya yang hilang secara misterius di sebuah lokasi tambang angker, film itu mencoba menyajikan nuansa horor yang lebih membumi. Karakter Ambar sendiri diperankan oleh aktris Raihaanun.

Sutradara Eden Junjung menuturkan bahwa ide film ini lahir dari pengalamannya sendiri yang tumbuh di wilayah pegunungan yang dikenal angker. Namun, saat dewasa, ia menyadari bahwa ketakutan itu digunakan untuk menutupi aktivitas tambang ilegal di daerah tersebut.

| Baca Juga: Bintang Muda Hiasi Panggung ‘Hunger Games: Sunrise on the Reaping’

“Saya tumbuh di kaki gunung yang katanya dihuni setan, tapi seiring waktu saya sadar, ketakutan itu sengaja ditanamkan untuk membungkam. Lereng yang dibilang angker, ternyata jadi ladang tambang ilegal. Itulah horor yang sebenarnya,” ungkap Eden.

Bagi produser Ifa Isfansyah, Angkara Murka menjadi langkah berani Forka Films dalam menjelajahi genre horor dengan pendekatan realis.

“Lewat film ini, kami menggabungkan teror, emosi, dan kritik sosial dalam satu pengalaman sinematik yang berbeda. Ceritanya dekat dengan realitas, tapi bicara dalam bahasa film yang bisa dinikmati siapa saja,” ujarnya.

Di balik narasi film yang kuat, proses produksi Angkara Murka juga menuntut para aktornya untuk keluar dari zona nyaman. Raihaanun, misalnya, menjalani proses syuting tanpa riasan demi menjaga keaslian karakter.

“Tantangan tersendiri karena dibikin se-organik mungkin, tidak ada makeup dan segala macam. Termasuk set yang lumayan membuat karakter ini semakin jadi. Set ini bukan jadi sebuah kesulitan, tapi justru pembuka jalan lebih intimate terhadap karakter sendiri,” katanya.

| Baca Juga: Luna Maya Mengaku Filmnya Pernah Gagal dan Rugi Besar

Selain itu, bahasa Jawa menjadi elemen penting dalam film tersebut. Raihaanun yang harus berdialog dalam bahasa Jawa merasa pendekatan yang dilakukan sangat intens.

Tags:

Leave a Reply