By: Padnya
25 January 2024

”Saya juga ikut melakukan observasi kelas Bahasa Indonesia yang diampu ibu Sakti Suryani, dosen Bahasa Indonesia yang sudah lama mengajar di Harvard Faculty of Arts & Science,” ujar Alumnus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Bahasa Inggris di Universitas Lampung itu.

Mengajar Bahasa Indonesia untuk warga negara Amerika bukan perkara mudah. Bagi Ivanna, perbedaan budaya hingga bahasa menjadi tantangannya.

”Pengalaman itu sangat berharga dan memungkinkan saya untuk berbagi budaya Indonesia dengan mahasiswa internasional. Saya berusaha untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung bagi semua siswa,” akunya.

Baca Juga: Pria ini Akhirnya Kuliah S2 di Australia Setelah 118 kali Gagal Dapat Beasiswa

Meski awalnya sulit namun keinginan mahasiswa AS yang ingin belajar Bahasa Indonesia begitu besar, sehingga memudahkan Ivanna dalam memberikan materi. Sebab kebanyakan dari mereka mempelajari Bahasa Indonesia untuk melakukan penelitian, ingin belajar bahasa negara lain, atau ingin mencari peluang bisnis dan magang di Indonesia.

”Tidak sulit mengajar mahasiswa asing di sini, mereka belajar karena kemauan sendiri. Mereka tidak takut untuk bertanya jika ada hal yang tidak mereka mengerti, mereka juga tepat waktu,” bebernya.

Agar belajar Bahasa Indonesia lebih asik dan tidak membosankan, Ivanna menerapkan metode belajar Communicative Language Teaching Approach, yang mana menggunakan penekanan pada situasi nyata dan bermain peran bersama mahasiswa Amerika.

”Selalu memasukkan pelajaran budaya (Indonesia, red) di setiap kelas, saya memasak makanan Indonesia, memakai batik, mengajarkan permainan Indonesia seperti suwit gajah, orang, semut. Mengajak mereka ke festival budaya yang ada di Boston seperti gamelan show dan Indonesian food festival,” ujarnya sambil tertawa.

Selain mahasiswa dan lingkungan kampus yang menyenangkan. Rupanya menjadi dosen Bahasa Indonesia di Harvard University punya banyak keuntungan. ”Sebagai pemegang Harvard University ID bisa menghadiri talkshow, seminar, concert atau performances, meminjam buku, menggunakan, mesin fotocopy, gratis masuk di berbagai museum di Boston, dan masih banyak lagi,” ungkap wanita berusia 26 tahun itu. (*)

Tags:

Leave a Reply