‘Dagang Textile Sri Redjeki, Kios EIX No. 12 dan 13’. Plang tersebut diabadikan di lobi kantor Sritex sampai saat ini dan menjadi cikal bakal nama Sritex.
Dia kemudian berupaya mematenkan nama tokonya. Namun karena nama Sri Redjeki sudah ada yang menggunakan, Lukminto menambahkan nama Isman untuk kiosnya saat akan dibuatkan akta notaris.
| Baca Juga : Bukan Artis, Ini YouTuber Indonesia dengan Penghasilan Terbesar
Toko yang didirikan bersama sang kakak kemudian semakin berkembang. Dia pun berpikir untuk membuat pabrik sendiri. Setahun setelah tokonya berdiri, dia akhirnya mendirikan pabrik di Baturono. Di atas lahan seluas 1 hektare, Lukminto mempekerjakan sekitar 200 karyawan.
Dari pabrik itu, bisnisnya melesat tajam. Pada 1978, dia membuka pabrik kedua di Sukoharjo dan pada 1990 tercatat seluruh produksi tekstil dan garmen telah terintegrasi.
Awalnya, Sritex tidak fokus untuk memproduksi tekstil militer. Namun, tekstil militer menjadi salah satu alasan yang membawa Sritex pada kesuksesan.
Pada 1992, Sritex diminta menjadi penyedia logistik ABRI dalam pengadaan seragam prajurit. Saat itu, Sritex meraup sukses di dalam negeri. Ketika itu pula, Lukminto ingin menembus pasar Eropa dengan membodik produksi tekstil untuk German Army.
| Baca Juga : Spider-Woman China, Taklukkan Tebing 108 Meter Tanpa Pengaman
Sritex terus berkembang, memproduksi seragam militer 30 Negara, seperti Jerman, Austria, Swedia, Belanda, dan Kroasia. Selain Eropa, Sritex juga membuat seragam militer bagi sejumlah negara di Timur Tengah, seperti Arab Saudi.
Tidak hanya seragam militer negara-negara di dunia. Sritex juga tercatat sebagai produsen seragam tentara organisasi pakta pertahanan negara-negara Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO).
Produksi seragam militer di Sritex bahkan sempat mencapai 50% dari keseluruhan produksi. Separuhnya lagi mereka memproduksi tekstil untuk fashion merek-merek terkenal di dunia seperti Uniqlo, Zara, JCPenney, dan Timberland.
Perusahaan yang didirikan oleh suami dari Sie Lee Hwie (Susyana) itu kemudian dicatatkan di pasar modal pada 17 Juni 2013.
Tags:Lukminto Pendiri Sritex Perusahaan Tekstil Sritex