By: Naomi Nilawati
23 December 2024

Dr Ray menjelaskan 34 persen pelajar yang terindikasi mengalami risiko masalah kesehatan mental tersebut, terbagi ke dalam empat komponen subskala. Pertama, 26 persen pelajar yang cenderung menyendiri, tidak memiliki satu teman baik, dan sering diganggu oleh anak lain.

Ke dua, 23 persen pelajar yang cenderung mudah takut, khawatir, tidak percaya diri, dan ada keluhan sakit pada badan yang sebenarnya tidak sakit (psikosomatis).

Ke tiga, 29 persen pelajar yang terindikasi mengalami gangguan hiperaktivitas selama di sekolah. Terakhir, 18 persen pelajar menunjukkan perilaku agresivitas, seperti sering marah, berkelahi, berbohong, dan bersifat curang.

| Baca Juga: Kenali Manfaat Daun Jambu Biji, Obati Batuk hingga Diare

Temuan lain dari penelitian tersebut juga menunjukkan 8 dari 10 atau pelajar SMA di Jakarta memiliki kemampuan berinteraksi positif dengan orang lain/ prososial yang baik.

Ini artinya, terdapat pelajar SMA yang bisa dilibatkan sebagai penggerak dan menjadi modal yang potensial dalam meningkatkan kesehatan mental pelajar di sekolah. Mereka diharapkan dapat menjadi konselor sebaya bagi teman-teman di sekolahnya.

Dari temuan tersebut bisa disimpulkan bahwa pelajar SMA membutuhkan ruang privasi agar mereka bisa curhat dengan nyaman. (*)

Tags:

Leave a Reply