By: Naomi Nilawati
22 February 2024

“Selama prosesnya, saya cerita tentang film ini pada Bu Christine dan minta beliau main karena ngefans. Meski belum baca ceritanya beliau mau. Lalu nama Asha datang karena rekomendasi Bu Christine,” tutur Ismael.

| Baca Juga: Robert Downey Jr. Singgung Fans Marvel dengan Pidatonya di BAFTA

Sementara produser film Sara, Lyza Anggraheni mengatakan film itu bertujuan membangkitkan rasa simpati dalam diri manusia, sehingga muncul sikap tolong-menolong antar sesama, tanpa membeda-bedakan golongan.

“Kita ini sama, ujian-ujian yang datang pada kita ini adalah ujian juga untuk yang ada di sekeliling kita. Jadi harapan kami dari film Sara ini adalah kita bisa sama-sama merasakan, dan supaya perbedaan tidak menjadi alasan untuk tidak saling tolong-menolong,” kata Lyza.

Tayang di Plaza Indonesia Film Festival (PIFF)

Charlie Meliala yang juga selaku produser dari film Sara, menyambut baik ditayangkannya film ini di PIFF 2024, “Partisipasi film kami dalam Plaza Indonesia Film Festival adalah sebuah kehormatan bagi kami. Kami percaya bahwa festival ini tidak hanya memberikan wadah bagi kami untuk memperluas jangkauan penonton, tetapi juga untuk memperkuat ikatan antara pembuat film dan penonton,” ujarnya.

Selain Sara, ada enam judul film lainnya yang juga tayang selama empat hari di Plaza Indonesia Film Festival (PIFF) 2024, mulai 20 hingga 23 Februari nanti. Tidak hanya karya sineas Indonesia saja, tapi juga dari Inggris, Tunisia, Finlandia, hingga Korea Selatan. Seperti film Woman From Rote Island, Ratu Adil, In Our Day (Korea Selatan), Four Daughters (Prancis), Fallen Leaves (Finlandia), dan The Zone of Interest yang meraih lima nominasi Piala Oscar 2024.

| Baca Juga: Djenar Maesa Ayu Sulit Pakai Mukena Saat Syuting Pemandi Jenazah

Soal pemilihan filmnya, Sugar, kurator film PIFF menjelaskan, ketujuh film tersebut dihadirkan untuk memberikan beragam pengalaman rasa cinta, yang belum pernah dirasakan sebelumnya. “Love itu sangat universal, ini adalah perpaduan banyak rasa cita,” katanya.

Selain menghadirkan film dengan isu sosial dan kisah yang sarat makna, gaya sinema yang ditampilkan pun jadi pertimbangan dalam menentukan film-film yang tayang di PIFF. “Meskipun sedikit, tapi penonton film-film ini tiba-tiba punya perasaan yang ‘penuh’ setelah menonton,” jelas Sugar. (*)

Tags:

Leave a Reply