By: Azharul Hakim
21 September 2024

Perajin tenun Wastra Using bernama Siami menjadi salah satu dari tiga seniman sekaligus budayawan Banyuwangi yang meraih Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) 2024 pada Kamis (19/9) lalu.

Bukan tanpa alasan, Siami merupakan satu-satunya penenun kain Wastra Using tradisional yang masih bertahan di Banyuwangi. Oleh karena itu, ia diberi penghargaan AKI untuk kategori Pelestari.

Selain Siami, dua budayawan lainnya yang mendapatkan penghargan yakni Temu Misti (seniman Tari Gandrung Banyuwangi) dan Yusuf Senari (penyalin kitab Lontar).

| Baca Juga : Kisah Grainne Gallanagh, Dulu Miss Universe Kini Jadi Sopir Truk

Kiprah Siami, warga Desa Jambersari, dianggap turut menjaga keberlanjutan tenunan khas Osing. Mengutip laman Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Sabtu (21/9/2024), Siami telah membuat kain tenun secara turun temurun. Ia belajar dari ibunda yang juga seorang penenun tradisional.

“Namun yang melanjutkan hingga saat ini tinggal saya. Saya mulai menenun sejak sekitar tahun 1960-an,” kata Siami.

Tradisi menyediakan kain tenun berkualitas itu tetap dilestarikan oleh wanita yang sudah berusia 74 tahun itu hingga saat ini.

| Baca Juga : Pilu, Dua Pemain Hoki Bersaudara Tewas Sebelum Pernikahan Adik

Kain tenun buatan Siami ukurannya tak terlalu besar. “Ini untuk gendongan. Atau biasa juga dipakai seserahan di acara pernikahan,” tambah dia.

Kain gendongan yang dibuat Siami terdiri dari lima motif, yakni Keluwung, Solok, Boto, Lumut, dan Gedokan. Tiap lembar, harga kain tenun buatan Siami dibanderol Rp4 juta.

“Bisa juga kalau mau bawa benang sendiri. Kalau benangnya dari pemesan, harganya Rp2 juta. Yang lama dari memuat kain tenun itu menata tiap benang di alat tenun ini. Butuh beberapa hari. Memang harus telaten,” ucapnya.

Siami menenun dengan alat serta cara tradisional dan sederhana. Ia memakai alat penenun pangku yang terbuat dari kayu.”Semua alat yang saya pakai adalah peninggalan ibu saya dulu. Masih saya rawat sampai saat ini,” lanjutnya.

| Baca Juga : Viral, Wanita Jepang Ini Mampu Beli 3 Rumah Berkat Frugal Living

Kain tenun yang dibuatnya berukuran 300 cm x 60 cm. Kain tersebut terbuat sepenuhnya dari benang sutera. Karena proses pengerjaannya sepenuhnya manual, butuh waktu sekitar sebulan untuk membuat satu lembar kain tenun.

Setiap pagi, Siami mulai menenun sekitar pukul 08.00 WIB. Ia ulet memainkan tangan dengan alat tenun dan benang-benang sutera hingga sore hari.

“Biasanya istirahat saat dhuhur. Lalu lanjut lagi sampai sore. Malamnya memintal benang sampai larut,” kata Siami. (*)

Tags:

Leave a Reply