By: Farah Yumna
21 January 2025

Menjelang Imlek, Tok Swie Giok sibuk membuat kue keranjang pesanan para pembeli. Ruang tengah rumahnya di Jalan Raden Patah, Kecamatan Sidoarjo, dipenuhi kue berwarna cokelat yang siap dikemas.

Wanita keturunan etnis Tionghoa berusia 85 tahun itu adalah salah satu penjual kue keranjang legendaris di Sidoarjo. Sudah berjualan sejak tahun 80-an.

Saya salah satu yang paling lama berjualan kue keranjang di Sidoarjo. Sudah sejak tahun 1980-an. Sekarang sudah 40 tahunan lebih. Awal saya jual itu harganya masih Rp600 sampai sekarang sudah naik jadi Rp20.000,” katanya saat ditemui Nyata, Jumat (17/1).

Tok Swie Giok memulai usaha kue khas Imlek itu saat mengalami kesulitan ekonomi. Dulu mendiang suaminya adalah tukang emas. Namun, karena harga emas yang semakin meroket membuat pekerjaannya sulit untuk diteruskan.

| Baca Juga : Dirikan Let’s Help Bali, Bule Australia Rutin Bagikan Makanan Gratis

Wanita yang pernah bekerja di perusahaan asing sebagai pembuat manisan itu lantas mencoba berjualan kue keranjang. Menggunakan resep yang biasa digunakan oleh mendiang ayahnya.

“Papa saya dulu sering bikin ini. Tapi buat makan sendiri atau dibagikan ke teman-temannya. Akhirnya saya pikir-pikir, lebih baik saya teruskan buat saya jual. Hitung-hitung untuk tambahan penghasilan sama suami,” tuturnya.

Awalnya dia menjual kue keranjang dengan dititipkan di beberapa toko daerah Porong, Sidoarjo. Ternyata kue buatannya laris manis. Melihat ada peluang bisnis yang menguntungkan, ia lantas meneruskan jualannya itu.

Tok Swie Giok bersyukur usahanya bisa bertahan selama puluhan tahun. Hal itu juga tidak terlepas dari konsistensinya untuk menjaga kualitas bahan-bahan yang digunakan.

Meski hanya menggunakan tepung ketan dan gula sebagai bahan utama, wanita keturunan Tionghoa itu membuatnya dari nol. Dia memilih sendiri beras ketan yang akan digunakan, lalu digiling hingga menjadi tepung.

| Baca Juga : Rahasia JoCleta Wilson Tetap Sehat dan Aktif Bekerja di Usia 100

Saya bikin bahannya dari nol semua. Saya beli beras ketan digiling sendiri jadi tepung. Sekali bikin itu biasanya 25 kilogram. Saya pastikan bersih, dicuci dua kali sebelum digiling,” jelasnya.

Tags:

Leave a Reply