| Baca Juga : Shahnaz Haque Bagi Rahasia Sukses Komunikasi dengan Anak
Shahnaz menggambarkan sensitivitas Charlotte yang tidak berubah sejak kecil. “Semua hewan yang disiksa, sakit, terbuang, pasti dijamah oleh tangan mungilnya,” ujar Shahnaz.
Koas yang Menyita Waktu
Meski menjadi satu-satunya anak yang masih tinggal di Indonesia, Charlotte justru jarang bertemu orang tuanya sejak memasuki masa Koas.
“Walau Charlotte satu-satunya anak yang masih tinggal satu negara dengan kami, tapi tugas Koas Kedokteran membuat jarang berjumpa,” kata Shahnaz.
Ia menjelaskan bagaimana putrinya menjalani program profesi yang memerlukan praktik langsung di rumah sakit hewan di bawah supervisi dokter senior.
“Maka jadwal kami bisa kruntelan sangat minim. Makanya, saya suka mangku Charlotte, walau hanya sekejap. Meski sudah jadi anak gadis, tetap saya senang memangkunya (berat sih, tapi hangat),” jelasnya.
| Baca Juga : Takut Dianggap Sudah Tiada oleh Anak, Ammar Zoni Izin Hubungi Irish Bella
Ada satu panggilan Charlotte yang selalu dirindukan Shahnaz. “‘Ibyuuu’, pakai nada meleyot gimana gitu. Gemes!,” tandasnya.
Di balik kehangatan itu, Shahnaz merasa banyak belajar dari putrinya sendiri.
“Charlotte tuh dosen killer-nya saya di dunia pengasuhan. Remedial terus soalnya. ‘Nuhun Dek, karena kamu, Bubu (Ibu) belajar menjadi manusia’,” ujarnya.
Di luar pendidikan formalnya, menurut Shahnaz, Charlotte aktif mengampanyekan adopsi hewan.
Tags:Charlotte Fatima kedokteran hewan Shahnaz Haque
