| Baca Juga: Kisah Cinta Tertutup Marissa Anita dan Andrew Trigg Berujung Cerai
Tiga orang teman dari DBL Arena datang dan membantu saya turun dari kamar. Sayangnya, tiap kali saya mengangkat badan, muntah. Sehingga teman-teman terpaksa memanggil ambulans 112 untuk membawa saya ke rumah sakit.
Sekitar 10 menit, ambulans datang dan saya dibawa ke RS UBAYA yang terdekat dengan rumah kami. Sejak dari kamar hingga tiba di rumah sakit, saya sudah muntah sebanyak tujuh kali.
Selasa, 28 Oktober 2025
Kami tiba di RS UBAYA pukul 00.30 WIB. Tensi saya langsung diukur: Hanya 69/48, sehingga langsung ‘digerojok’ dengan infus. Alhamdulillah, tensi saya bisa naik sehingga tak perlu masuk HCU. High Care Unit, ‘adik’nya ICU.
Dinihari itu juga serangkaian tes langsung dilakukan. Termasuk CT Scan. Menurut dokter jaga, kondisi saya aman. Sebelum adzan Subuh, saya sudah masuk ke kamar inap.
Paginya, ketika bangun, saya tidak mampu membuka mata. Apalagi terkena cahaya. Sehingga lampu kamar dimatikan, tirai jendela juga ditutup.
| Baca Juga: Kecelakaan Bus Jamaah Umrah India di Dekat Madinah: 45 Tewas, 1 Selamat
Bukan hanya itu derita saya. Ternyata saya juga tak bisa miring ke kiri, walau dalam kondsi berbaring. Bahkan melirik, apalagi menengok ke kiri pun tak bisa. Mata saya juga tak bisa fokus saat melihat tulisan, apalagi gawai.
Tubuh saya hanya bisa sedikit ditegakkan dengan menaikkan bagian kepala ranjang.
Hari masih pagi, ketika dojter spesalis syaraf datang. Dengan mata tetutup, saya diminta menggerakkan tangan, kaki dan melakukan beberapa hal lain. Alhamdulillah, saya bisa.
Menurut dokter, saya vertigo. Mungkin kecapekan. Saya bilang, saya tidak sedang capek walau tiga hari sebelumnya, saya ikut half marathon. 21 Kilometer, di Jakarta, tanpa DOMS. Itu half marathon saya yang ke empat.
Tags:aneurisma DBL Elfira Ahsanti Mahda RSUD Dr. Soetomo Surabaya Yondang Tubangkit
