By: Naomi Nilawati
20 September 2024

“Karena itu kita benar-benar shoot-nya di halte Tebet lagi jam sibuk juga. Dan kita sengaja ambil hari kerja. Karena kita ingin menangkap esensi bagaimana para pekerja itu di Jakarta itu ketika pulang, lelahnya mereka.”

“Jadi itu yang cukup menantang saat itu. Karena kita ada keterbatasan waktu juga ketika shoot. Tapi ini untuk opening sequence dan juga bagaimana kita menaruh perspektif penonton di tempat Kaluna dengan soundtrack-soundtrack hidupnya,” jelas wanita yang juga menjadi salah satu penulis naskah film tersebut.

Ia menambahkan, “Sebisa mungkin walaupun sulit waktu itu, kita mencoba memaksimalkan. Dan jujur kesempatan take-nya sedikit sekali. Termasuk juga sampai adegan ketika Kaluna akhirnya sedirian di halte. Itu jadi adegan terakhir yang harus kita shoot di halte hari itu. Beruntung banget Yunita Siregar sangat masuk ke karakter itu dan bisa menghidupkan karakter sebegitu rupa.”

Sabrina memiliki alasan tersendiri menampilkan dunia realistis dalam film ‘Home Sweet Loan’. Dia ingin penonton benar-benar merasa relevan meskipun gambarnya akan terasa kurang indah secara sinema.

“Aku ingin sampaikan di film ini adalah kehidupan yang sejujurnya gitu. Kehidupan yang mungkin buat orang lain itu tidak sinematik ya,” kata sutradara film ‘Terlalu Tampan’ dan ‘Noktah Merah Perkawinan’ itu.

| Baca Juga: 15 Tahun Hiatus, Risty Tagor Comeback di Film ‘Home Sweet Loan’

Hingga ia banyak menampilkan elemen-elemen realistis dari mulai rumah berantakan hingga padatnya transportasi umum.

“Dan walaupun tampak berantakan, walaupun tampak mendem gitu kadang rasanya. Tapi itulah dunia kita yang jalan sehari-hari, kebanyakan kita menjalaninya seperti itu,” ujar Sabrina.

Pernyataan Sabrina itu diperkuat oleh Widya Arifianti yang juga menulis naskah film bergenre drama keluarga itu.

“Ceritanya ini seperti pengalaman pribadi. Selama menulis, aku dan Sabrina seperti sesi curhat. Pernah mengalami streaming musiknya itu nggak premium, waktu lagi meeting token listrik bunyi, rumah bocor. ‘Jadi ya aku Kaluna.’ (Ceritanya) hari-hari aja. Justru banyak menggali kedalaman apa sih sebenarnya luka-luka kita di keluarga ini. Ternyata ada hal-hal yang belum pernah kita bahas, belum pernah kita ceritakan sama orang-orang. Tetapi ternyata itu ada di dalam memori kita dan aku yakin banyak yang mengalami ini,” jelas Widya.

Ia menambahkan, “ Justru itu yang ingin kita tampilkan. Apa memori-memori yang sebenarnya tidak sempat terucapkan, tapi itu tersimpan dalam keluarga. Sebagai sandwich generation juga kita banyak mengulik dan banyak berkaca.”

Bangun Set Rumah

Tags:

Leave a Reply