NYATA MEDIA — Nicole Tung baru saja dinobatkan sebagai pemenang Carmignac Photojournalism Award 2025. Itu adalah penghargaan bergengsi yang diberikan untuk karya jurnalisme foto investigatif bertema hak asasi manusia dan isu geostrategis.
Penghargaan ini menegaskan posisinya sebagai salah satu jurnalis foto paling berpengaruh saat ini, dengan karya yang melampaui batas medan perang. Lahir di Hong Kong dan kini bermukim di Istanbul, Turki, perempuan kelahiran 1986 itu telah menjadi saksi berbagai konflik besar dunia.
Nicole Tung meliput revolusi Libya yang menggulingkan Muammar Gaddafi pada 2011, menyusul perang di Syria sejak 2012, hingga runtuhnya rezim Bashar al-Assad pada 2024.
Ia juga merekam konflik di Ukraina, kamp pengungsi di Yordania, serta protes Arab Spring di Mesir, dan demonstrasi pro-demokrasi di tanah kelahirannya. Kekacauan, kehilangan, dan secercah harapan tergambar dalam jepretan lensanya.
| Baca Juga : Dava Adila Syuaib, Lulus Sarjana Kedokteran Sebelum Usia 20
Namun, karya terbaru yang mengantarkannya meraih penghargaan Carmignac justru menyorot “perang” lain. Konflik antara manusia dan laut. Selama sembilan bulan, Nicole mendokumentasikan dampak perikanan industri dan penangkapan ikan ilegal di Asia Tenggara. Karyanya kini dipamerkan dalam festival Visa pour l’Image di Paris, Prancis, hingga 14 September.

Hasil jepretan Nicole Tung. Foto : Dok. Pri
Perang di Laut
Nicole menghabiskan 9 bulan untuk mendokumentasikan pelanggaran HAM dan kerusakan lingkungan akibat penangkapan ikan ilegal di Thailand, Filipina, dan Indonesia. Tiga negara yang menjadi titik panas dalam industri perikanan global.
Nominator Penghargaan Pulitzer untuk Fotografi Berita itu merekam kondisi buruh migran di kapal-kapal penangkap ikan, perburuan hiu untuk konsumsi kosmetik, dan obat tradisional di HK dan China. Serta, bagaimana nelayan lokal kehilangan mata pencaharian karena dominasi kapal asing, termasuk dari China.
| Baca Juga : Mengenang Arti Wibowati, Konten Kreator Jember Tewas dalam Tragedi Kecelakaan Bus di Bromo
”Banyak orang tidak tahu bahwa hanya seperempat dari hasil tangkapan laut yang benar-benar dikonsumsi. Sisanya adalah by-catch, hasil tangkapan yang tidak diinginkan tapi ikut terbawa,” ungkap Nicole. “Ini sangat merusak ekosistem laut, terutama dengan metode seperti bottom trawling yang menyeret jaring berat di dasar laut.”
Tags:Carmignac Photojournalism Award 2025 Hak Asasi Manusia Hong Kong Jurnalis Foto Nicole Tung Turki