By: Bayu
18 March 2025

Selain itu, tim produksi juga berupaya menghadirkan atmosfer rusun yang autentik, termasuk elemen-elemen khas seperti barang-barang yang diletakkan di luar unit hunian.

“Di apartemen biasanya orang taruh sandal di luar, tapi di rusun, kadang ada sofa atau lemari yang ditaruh di lorong,” canda Mo Sidik.

Meskipun mengangkat karakter berbadan besar, film ini tidak ingin terjebak dalam humor yang mengarah pada body shaming. Sebaliknya, komedinya lebih banyak muncul dari interaksi antar karakter dan situasi sehari-hari di rusun.

“Kami ingin komedinya terasa alami, bukan sekadar bercanda soal ukuran tubuh,” tegas Ario.

Karakter dalam Keluarga Besar juga beragam, mulai dari kepala keluarga kelas menengah ke bawah yang menghadapi tuntutan istri dan anak-anaknya, hingga anak muda generasi Z yang bergulat dengan persoalan internal dan eksternal mereka.

Dengan pendekatan yang autentik dan komedi yang cerdas, Keluarga Besar bukan sekadar film hiburan, tetapi juga potret kehidupan di rusun yang jarang dieksplorasi dalam perfilman Indonesia.

“Kami ingin menghadirkan cerita yang dekat dengan masyarakat, tapi tetap seru dan menyenangkan,” tutup Ario. (*)

Tags:

Leave a Reply