By: Farah Yumna
17 November 2025

Pemikiran itu terus tertanam pada diri Marissa dan memengaruhi pemikirannya menyangkut anak.

Menurutnya, seseorang yang ingin memiliki anak harus merasa aman terlebih dahulu. Ia harus merasa bahwa akan ada orang-orang di sekitarnya yang nanti membantunya membesarkan anak. Sebab membesarkan anak sendiri adalah adalah pekerjaan yang sangat berat.

“Karena rasa ketakutan itu akhirnya aku selalu menunda-nunda untuk punya anak. Maksudnya selalu bilang, ‘ya udah 2 tahun lagi. 2 tahun lagi’. Karena enggak pernah punya rasa aman itu. Itu masalahnya,” jelasnya.

Marissa sempat mencoba untuk memiliki anak secara alami di akhir usia 30-an. Tetapi mengingat kondisi fisik maupun kesuburan yang sudah tidak prima seperti wanita usia 20-an, kehamilan alami pun sulit terjadi.

| Baca Juga : Audi Marissa dan Anthony Xie Tepis Isu Keretakan Rumah Tangga

Meski ada pilihan memiliki anak dengan bantuan prosedur inseminasi atau IVF (In Vitro Fertilization) alias bayi tabung, tapi wanita lulusan S2 University of Sydney itu tidak tertarik melakukannya.

“Aku enggak menjalankan IVF karena buatku, ini enggak buat semua orang, punya anak itu bukan goal-nya. Punya anak buat aku adalah aku harus menikmati prosesnya,” tuturnya.

“Aku nggak mau disuntik-suntik segala macam. Hormon naik turun. Badan dan mood jadi acakadut. Aku jadi nggak merasa hidup karena dikontrol hormon yang naik turun gitu,” sambungnya.

Marissa menilai kalau tidak memiliki anak bukan suatu masalah besar. “Aku nggak harus jadi ibu. Aku bisa hidup mengikuti alurnya aja,” ucapnya. (*)

Jangan ketinggalan berita terbaru dan kisah menarik lainnya! Ikuti @Nyata_Media di InstagramTikTok, dan YouTube untuk update tercepat dan konten eksklusif setiap hari.

Tags:

Leave a Reply