NYATA MEDIA — Berbicara tentang Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny tidak bisa lepas dari sejarah dan peran Pondok Pesantren Al Hamdaniyah. Pesantren yang sama-sama berada di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, itu punya keterkaitan yang erat.
Pendiri Ponpes Al Khoziny, almarhum KH M. Khozin Khoiruddin, dulunya merupakan santri di Ponpes Al Hamdaniyah. Tidak hanya itu, KH Khozin juga menantu dari anak lelaki KH Hamdani, pendiri Ponpes Al Hamdaniyah.
Sejak 1787 Sebelum membuka Ponpes Al Khoziny, KH Khozin menjadi pengurus dan pengajar di pesantren tersebut. Beliau kemudian mendirikan ponpes baru di tanah yang diberikan sebagai hadiah untuk putranya, KH Mohammad Abbas.
Saat ini, pengasuh Ponpes Al Khoziny adalah KH Abdus Salam Mu jid, generasi ketiga dari KH Khozin. Al Hamdaniyah sendiri berlokasi di Desa Siwalanpanji, hanya sekitar satu kilometer dari Ponpes Al Khoziny. Pesantren ini tergolong salah satu yang tertua di Indonesia.
| Baca Juga : Kisah Lora Beni, Anak Kyai Sampang yang Jadi Korban Ponpes Al Khoziny
Menurut M. Hasyim Fahrurozi, Dewan Pengasuh Pesantren Al Hamdaniyah, mereka menjadi salah satu dari 11 pesantren tertua di Indonesia.
Gus Hasyim, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa Al Hamdaniyah berdiri sejak 1787, dan sejak awal telah menekankan tiga nilai utama yang menjadi keutamaan KH Hamdani. Yaitu, zahid (tidak mementingkan urusan duniawi), abid (ahli ibadah), dan waro (berhati-hati dalam segala hal).
Dari catatan sejarah yang diwariskan oleh keturunan KH Hamdani, KH Abdul Bari, diketahui bahwa KH Hamdani adalah ulama keturunan ke-27 Nabi Muhammad. Dari pesantren ini lahir generasi ulama Nusantara yang membawa panji-panji Islam ke seluruh pelosok Indonesia.
Sejumlah tokoh besar pernah menimba ilmu di sini, termasuk Ha dratus Syaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari (1871–1947), pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, sekaligus pemimpin pertama Nahdlatul Ulama.
| Baca Juga : Kisah Pilu Ayah Santri Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny, Dua Minggu Menanti Identifikasi Jenazah Anak
Hasyim Asy’ari bahkan mencetuskan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945. Sebelum ke Mekkah, beliau nyantri di Al Hamdaniyah dan menikah dengan salah satu menantu pengasuh pondok pesantren.
Tokoh lain yang menimba ilmu di sini termasuk KH Ridwan Abdullah, pencipta lambang NU. KH Ahmad Sahal dan KH Zainuddin Fananie, pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor serta KH A. Wachid Hasyim, Menteri Agama dan Pahlawan Nasional.
Tags:Al Hamdaniyah Al Khoziny Ponpes Sidoarjo