Ade sempat membicarakan hal itu kepada suaminya. Namun keduanya memilih untuk tidak bereaksi. Baik Ade maupun Sandy melupakan peristiwa itu dan mereka fokus membuat gerobak bakso.
Penuh Darah
Karena cukup lama tidak syuting, Sandy berdagang bakso. Ia dibantu sahabatnya, Jaung yang juga kru film, membuat gerobak. Saat ini sudah punya empat gerobak. Bakso dipesan dari Bandung, sementara Sandy membuat bumbu kuahnya.
Pak RT menunjukkan lokasi Almarhum Sandy Permana terkapar karena ditusuk. (Foto: Sukri/Nyata)
Hingga suatu hari, insiden berdarah itu terjadi. Ade yang masih tertidur setelah beberapa hari tugas luar kota, dibangunkan ibunya. Dia diberitahu jika Sandy dibawa ke rumah sakit. Sandy pun diminta segera menyusul ke rumah sakit Harapan Mulia yang berjarak dua kilometer dari rumahnya.
| Baca Juga: Motif Pembunuhan Sandy Permana, Diduga karena Dendam
Ade pun ganti baju dan ketika melihat motor listrik yang setiap hari dipakai suaminya, penuh darah, ia kaget. ”Saya tanya, kok motor ini penuh darah. Ada obeng. Kenapa ini,” kata Ade bertanya-tanya.
Setibanya di rumah sakit, Ade melihat suaminya berlumuran darah. Sandy sempat meronta menahan sakit sambil berteriak, ‘Jangan, jangan, jangan’. Ade sempat bertanya, namun Sandy sudah tidak sanggup bicara. Ia hanya mengatakan, Gimbal lah pelakunya.
Sambil terus mendapat perawatan, Sandy dipeluk istrinya. Dari RS Harapan Mulia, Sandy dirujuk ke RSUD Bekasi. Dalam perjalanan, Sandy sempat meronta. Ade berusaha menenangkan dengan menyandarkan kepala suami ke tubuhnya. Terasa sekali jika tubuh Sandy makin lemah.
”Tiba-tiba dia ngorok tiga kali, setelah itu mas Sandy diam. Sudah nggak ada, dia mengembuskan napas terakhir di pelukan saya,” ungkap Ade berurai air mata. (*)
Kisah selengkapnya baca di Tabloid Nyata Cetak Edisi 2790, Minggu ke II, Januari 2025.
Tags:Aktor Mak Lampir Artis Dibunuh Artis Meninggal istri Sandy Permana Nanang Pembunuhan Sandy Permana Sandy Permana