| Baca Juga : Tiga Jenazah Korban Ponpes Al Khoziny Teridentifikasi, Satu di antaranya Body Part
Momen itu pun jadi momen-momen terakhir keluarga melihat Beni secara langsung. Mahrus merasa ada yang berbeda pada wajah anak ke tiga dari istri pertama itu. Terlihat pucat seperti tidak bersemangat.
”Hari terakhir itu Beni bilang, ’Abi, Beni mau benerin kacamata karena patah’. Saya kasih dua ratus ribu dan setelah itu langsung pulang ke pondok, takut telat,” kenang ayah 14 anak dari tiga istri itu.
Punya Firasat
Tidak disangka itu komunikasi terakhir mereka. Saat mendengar bangunan ponpes Al Khoziny ambruk, keluarga seperti sudah punya firasat.
”Saya pertama kali tahu dari ibunya. Waktu itu ibunya mau ke Malang, tapi batal. Ibunya khawatir. Dan benar kejadiannya saat salat Ashar dan Beni selalu salat berjamaah” kata Mahrus yang tidak datang ke lokasi itu.
| Baca Juga : Identifikasi Korban Ponpes Al Khoziny Terus Berlanjut, 19 Jenazah Belum Terungkap
Saat ditemukan, Beni mengenakan seragam pondok putih dan sarung cokelat. Di sakunya ada bolpoin dan kunci lemari. Firasat lain juga dirasakan Muhammad Harun Ar Rasyid, kakak Beni. Seminggu sebelum Beni meninggal, Harun berkunjung. Namun kunjungan kala itu berbeda.
Jika biasanya Beni akan mencegah kakaknya pulang, kali ini tidak. ”Biasanya kalau saya berkunjung, disuruh nginep. Tapi waktu ketemu terakhir, saya seakan-akan disuruh pulang. ’Pulang saja, Kak, tidak apa-apa’,” kenang Harun, menirukan ucapan adiknya.
Sementara ibunya, merasakan hal ganjil, tiga hari sebelum kejadian. Tanpa sebab dadanya terasa sesak dan pikirannya tak lepas dari sosok Beni. ”Makanya kemarin waktu jenazah sampai rumah, Ibu sempat membuka peti, seperti ingin mengusap kepala Beni,” kata pemuda berambut panjang itu.
Bisnis Peternakan
Di mata keluarga, Lora Beni, sebutan bagi anak pengasuh pesantren di Madura dikenal sebagai anak yang tekun beribadah. Perkataan dan tindakannya tidak pernah membuat orangtuanya kecewa.
Tags:Al Khoziny Ponpes Sidoarjo